Ramai Mobil Listrik, Jangan Kaget Konsumsi BBM RI Masih Besar

News - Firda Dwi Muliawati, CNBC Indonesia
27 March 2023 13:35
Kilang Foto: Edward Ricardo

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah memiliki target untuk mencapai Net Zero Emissions (NZE) atau netral karbon pada 2060 atau lebih cepat. Adapun salah satu upaya untuk mencapai target tersebut yaitu dengan menggalakkan program kendaraan listrik, baik mobil dan motor listrik.

Tak tanggung-tanggung, pemerintah bahkan telah resmi memberikan subsidi motor listrik Rp 7 juta per unit per 20 Maret 2023 lalu dan rencana pengurangan pajak untuk mobil listrik yang ditargetkan berlaku per 1 April 2023.

Meski pemerintah menggencarkan pemakaian kendaraan listrik, namun ternyata konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) RI sampai 2030 diperkirakan masih tinggi, yakni setidaknya mencapai 1,5 juta barel per hari (bph).

Hal tersebut diungkapkan Direktur Utama PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) Taufik Aditiyawarman.

Taufik menyebut, kapasitas terpasang pengolahan minyak mentah di kilang minyak Pertamina saat ini masih sekitar 1,05 juta bph. Oleh karena itu, dia mengatakan proyek kilang minyak baru masih dibutuhkan di Tanah Air.

Dia mengatakan, saat ini pihaknya tengah berupaya meningkatkan kapasitas produksi BBM melalui proyek ekspansi atau Refinery Development Master Plan (RDMP) maupun pembangunan kilang baru atau Grass Root Refinery (GRR).

"Pemenuhan kebutuhan BBM, di mana salah satu objektif RDMP atau Grass Root Refinery adalah meningkatkan kapasitas produksi BBM kita, di mana saat ini kapasitas produksi kilang kita sudah 1 juta 50 ribu barel per hari, sedangkan berdasarkan RUEN (Rencana Umum Energi Nasional) 2030 kebutuhan BBM kita masih di kisaran 1,5 juta barel per hari," jelas Taufik dalam program 'Energy Corner' CNBC Indonesia, Senin (27/3/2023).

Taufik menyebut, saat ini Indonesia masih mengimpor BBM sekitar 45% dari kebutuhan BBM nasional. Pada 2022, pihaknya telah menyuplai 237 juta barel BBM atau setara 55% kebutuhan BBM nasional.

Dengan masih besarnya impor BBM, maka adanya program kendaraan listrik menurutnya tidak akan terlalu berdampak pada proyek kilang minyak Pertamina. Pasalnya, peningkatan kapasitas kilang BBM masih relevan dengan kebutuhan BBM nasional yang masih tinggi, atau setidaknya untuk menekan impor.

"Perkembangan atau pembangunan kilang saat ini masih relevan untuk memenuhi kebutuhan, demand domestik. Memang benar energy transition itu bauran energi EBT, gas, elektrifikasi, itu akan semakin meningkat dan juga penurunan penggunaan (BBM) akan menurun. Tapi secara nasional kebutuhan energi untuk NKRI ini akan semakin naik ke depannya," tuturnya.

Meski demikian, menurutnya pembangunan dan operasional kilang saat ini juga sudah memperhatikan upaya pengurangan emisi. Taufik menjelaskan bahwa saat ini pihaknya telah melakukan sejumlah upaya pengurangan emisi di kilang, antara lain melalui elektrifikasi kilang, penggunaan gas ketimbang bahan bakar cair.

"Terkait NZE yang 2060 kita harus 0 atau lebih cepat, dalam pengembangan perbaikan kilang-kilang yang ada, harus mempertimbangkan faktor tersebut. Tentunya pengurangan emisi karbon, prosesnya, bagaimana kita lakukan elektrifikasi kilang, penggunaan gas mengurangi emisi ketimbang bahan bakar cair," jelasnya.

Begitu juga untuk proyek baru, pihaknya juga akan mengembangkan proyek kilang hijau seperti memproduksi BBM berbasis minyak sawit (CPO) seperti biofuel, metanol, maupun blue ammonia.

Perlu diketahui, Pertamina saat ini mengelola enam kilang minyak, yakni Dumai di Riau, Plaju di Sumatera Selatan, Balongan di Jawa Barat, Cilacap di Jawa Tengah, Balikpapan di Kalimantan Timur, dan Kasim di Sorong, Papua. Adapun kapasitas terpasang pengolahan minyak mentah di kilang Pertamina saat ini sebesar 1,05 juta bph.

Untuk meningkatkan produksi BBM di dalam negeri, Pertamina memiliki sejumlah proyek ekspansi kilang atau Refinery Development Master Plan (RDMP) dan kilang baru (Grass Root Refinery/ GRR).

Melalui sejumlah proyek kilang tersebut, perseroan menargetkan peningkatan kapasitas pengolahan minyak di kilang Pertamina menjadi total sekitar 1,4 juta bph pada 2027 mendatang dari saat ini sekitar 1 juta bph dengan total investasi diperkirakan mencapai sekitar US$ 43 miliar atau sekitar Rp 602 triliun (asumsi kurs Rp 14.000 per US$).

Adapun satu proyek RDMP yang tuntas dikerjakan yaitu RDMP Balongan, Indramayu, Jawa Barat. Pertamina sukses menambah kapasitas Kilang Balongan menjadi 150 ribu bph dari sebelumnya 125 ribu bph.


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Video: Ini Dia Pabrik Penyuplai 1/3 BBM Di Indonesia


(wia)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading