Putin Tiba-Tiba Ngamuk ke Inggris, Bakal Ada Perang Baru?

Firda Dwi Muliawati, CNBC Indonesia
26 March 2023 09:44
Presiden Rusia Vladimir Putin menghadiri pertemuan dengan Presiden China di Kremlin di Moskow pada 20 Maret 2023. (SERGEI KARPUKHIN/SPUTNIK/AFP via Getty Images)
Foto: Presiden Rusia Vladimir Putin menghadiri pertemuan dengan Presiden China di Kremlin di Moskow pada 20 Maret 2023. (SPUTNIK/AFP via Getty Images/SERGEI KARPUKHIN)

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Rusia, Vladimir Putin tiba-tiba mengirimkan ancaman pada Inggris. Putin mengatakan bahwa negaranya akan 'dipaksa bereaksi' ke kerajaan itu.

Tampaknya hal ini berkaitan dengan permintaan London, Inggris dalam menyediakan pasokan militer kepada Ukraina, sebagai negara yang saat ini berperang dengan Rusia. Penyediaan tersebut termasuk amunisi yang mengandung depleted uranium atau uranium dengan kadar rendah.

Sebagai informasi, depleted uranium merupakan sebuah peluru yang diciptakan dari limbah uranium dan termasuk salah satu senjata paling berbahaya di dunia. Peluru ini mampu untuk menembus tank Abrams sampai baja yang sangat tebal sekalipun.

"Inggris... mengumumkan tidak hanya pasokan tank ke Ukraina, tetapi juga selongsong peluru uranium," kata Putin kepada wartawan setelah pembicaraan di Kremlin dengan Presiden China Xi Jinping, melansir AFP dikutip Minggu (26/3/2023).

"Jika ini terjadi, Rusia akan dipaksa untuk bereaksi," tegasnya.

Tak jelas apa reaksi yang akan dilakukan Rusia. Namun Putin kerap kali mengancam eskalasi perang dan kemungkinan penggunaan nuklir jika Barat memprovokasi.

Sebelumnya penggunaan depleted uranium sempat disebut Menteri Pertahanan Inggris, Annabel Goldie. Hal tersebut dinyatakan dalam pernyataan tertulis kepada wartawan.

"Bersamaan dengan pemberian kami satu skuadron tank tempur utama Challenger 2 ke Ukraina, kami akan menyediakan amunisi termasuk peluru penembus lapis baja yang mengandung depleted uranium," kata Goldie Senin.

"Amunisi seperti itu sangat efektif dalam mengalahkan tank modern dan kendaraan lapis baja," tambahnya.

Di PBB, depleted uranium sendiri digambarkan sebagai logam berbahaya. "Sangat beracun secara kimiawi dan radiologis," kata organisasi itu.

Hal sama juga ditegaskan organisasi anti-nuklir CND. "Ini bencana lingkungan dan kesehatan tambahan bagi mereka yang hidup melalui konflik karena debu beracun atau radioaktif dapat dilepaskan saat terkena dampak," jelas kelompok itu.

Amunisi tersebut digunakan dalam konflik di bekas Yugoslavia dan Irak. Itu dicurigai sebagai kemungkinan penyebab penyakit misterius "sindrom Perang Teluk".

Ini terkait kumpulan gejala yang "melemahkan" yang diderita oleh para veteran perang 1990-1991. Mulai dari kelelahan ekstrem, gangguan memori hingga sakit kronis.

Rusia masih menyerang Ukraina hingga kini. Total 13 bulan serangan dilakukan ke negara sesama Uni Soviet tersebut.

Meski sudah diberi sanksi, Moskow tetap tak bergeming. Amerika Serikat (AS) dan Barat kini mulai menyuplai Ukraina dengan senjata untuk menahan serangan Kremlin.


(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Vladimir Putin Perintahkan Pasukannya Untuk Gencatan Senjata

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular