Internasional

Update Rusia-Ukraina, Mau Apa Xi Jinping Bertemu Putin?

News - Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
22 March 2023 12:30
Presiden Rusia Vladimir Putin bertemu dengan Presiden China Xi Jinping di Kremlin di Moskow pada 20 Maret 2023. (SERGEI KARPUKHIN/SPUTNIK/AFP via Getty Images) Foto: Presiden Rusia Vladimir Putin bertemu dengan Presiden China Xi Jinping di Kremlin di Moskow pada 20 Maret 2023. (SPUTNIK/AFP via Getty Images/SERGEI KARPUKHIN)

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden China Xi Jinping mengunjungi Moskow, Rusia pada 20-22 Maret 2023. Kunjungan ini dilakukan saat Rusia sedang dikucilkan oleh dunia Barat lantaran aksi militernya menyerang Ukraina.

Dalam kunjungannya, Xi bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Kedua pemimpin bertukar beberapa ide menjelang pembicaraan tentang Ukraina dan rencana memperluas kerja sama antar negara.

Putin mengatakan China telah mengambil 'pendekatan seimbang' untuk situasi internasional dan berencana membahas saran baru China untuk solusi damai perang di Ukraina. Di sisi lain, Xi menjawab bahwa Putin adalah 'sahabatnya' dan mengatakan ia senang berada di Moskow untuk melakukan pembicaraan.

Kunjungan Xi ke Moskow ini pun menimbulkan tanda tanya terkait apa sebenarnya niatan Beijing dan apa arti dari lawatan tersebut. Pasalnya, kedua negara diketahui memiliki hubungan yang memanas dengan Barat.

Lalu mau apa China?

Associate Professor dari University of Sydney, Jingdong Yuan, menyebut pertemuan keduanya didasari oleh keselarasan China-Rusia yang sudah lama serta hubungan pribadi mereka. Beijing, menurutnya, juga menentang aksi Barat terhadap Rusia dengan menyebutnya sebagai 'standar ganda'.

Yuan pun mencatat "ketegangan" karena hubungan China dan Amerika Serikat (AS) yang juga meningkat. Belum lagi perang teknologi yang sedang berlangsung antara kedua negara dan aliansi penguatan AS seperti AUKUS dan Quad di Asia.

"Karena itu, meskipun China mungkin tidak terlalu nyaman dengan invasi Rusia ke Ukraina, ini bukan saatnya untuk memutuskan hubungan dan kehilangan karena implikasi lain yang lebih besar," pungkasnya dikutip Channel News Asia (CNA), Rabu (22/3/2023).

Pandangan lainnya juga disampaikan oleh ahli strategi pasar berkembang di BlueBay Asset Management, Timothy Ash. Ia menyebut Xi sedang berusaha bernegosiasi dengan Rusia saat posisi tawar Moskow berada dalam level yang rendah.

"Xi tahu Putin putus asa, dan semakin bergantung pada China. Jika Putin bersedia menawarkan penawaran komoditas jangka panjang potongan harga ke China, itu lebih baik. China akan mengambil apa pun dari Putin yang melemah," tuturnya kepada CNBC International.

China juga dapat meminta dukungan Rusia jika memasuki konflik bersenjata dengan Taiwan. Pulau itu dianggap China bagian dari provinsinya meski memiliki pemerintah demokratis dan mengaku berdaulat.

Peneliti di Dewan Eropa untuk Hubungan Luar Negeri, Alicja Bachulska, mengatakan bahwa China kemungkinan akan menyaksikan serangan Rusia ke Ukraina untuk melihat bagaimana kelanjutannya dan bagaimana dunia bereaksi. Ini dilakukan agar dapat mengkalkulasikan potensi serangan ke Taiwan.

"Suatu hari, jika kita menghadapi krisis atas Selat Taiwan, saya kira (China) juga akan membutuhkan berbagai jenis dukungan dari Rusia jika konflik semacam itu terjadi, jadi itu satu hal (yang dapat kita lihat)," ujarnya.

"Tetapi hal lain dalam perspektif jangka pendek adalah bahwa itu mungkin akan berarti hubungan ekonomi yang lebih asimetris antara Rusia dan China, dan ini adalah sesuatu yang telah terjadi selama bertahun-tahun, dengan Rusia menjadi sumber energi yang sangat murah ke China."

Meski begitu, China juga dinilai memiliki posisi yang dilematis. Walau bermitra baik dengan Rusia, Beijing dirasa tak ingin kehilangan hubungan dengan negara Barat yang merupakan pasar penting bagi ekspor dan pertumbuhannya.

Ash mencatat bahwa China akan melanjutkan hubungan dengan Rusia secara hati-hati. Jika tidak, hal ini dapat memicu perang baru dengan Barat, di mana negara-negara 'Dunia Selatan' dapat terdampak.

Istilah Dunia Selatan sendiri mengacu pada pengelompokan negara di sepanjang garis sosial ekonomi dan dalam hal ini, digunakan untuk mengidentifikasi negara-negara di wilayah Amerika Latin, Afrika, Asia, dan Oseania.

"Xi menghadapi pilihan untuk mendukung Putin dan mempersenjatai dia untuk mempertahankan perang di Ukraina atau mendorong beberapa upaya perdamaian. Yang pertama hanya akan kehilangan Global South, jadi saya masih berpikir China ingin memberi Putin jalan keluar, "kata Ash.


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

China Atur Kunjungan ke Rusia Bawa Misi Damai


(sef/sef)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading