
AS Hengkang, 12 Mitra Dijajaki Masuk Proyek Kesayangan Jokowi

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasca perusahaan Amerika Serikat (AS) Air Products and Chemicals Inc hengkang dari konsorsium proyek hilirisasi batu bara menjadi Dimethyl Ether (DME). Pemerintah melalui Badan Usaha Milik Negara (BUMN) kembali menjajaki 12 pihak yang pernah melakukan Memorandum of Understanding (MoU) di proyek ini sebelumnya.
Sebagaimana diketahui, Air Products membentuk konsorsium bersama dengan PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dan PT Pertamina (Persero) di hilirisasi batu bara yang menjadi proyek kesayangan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) karena masuk ke dalam Proyek Strategis Nasional (PSN).
Menanggapi hengkangnya Air Products, Wakil Menteri BUMN, Pahala Mansury menyebutkan bahwa sampai dengan saat ini memang belum ada yang menggantikan Air Products, namun sebelumnya Pertamina sudah memiliki MoU dengan 12 pihak.
"Sebelumya Pertamina sudah memiliki MoU dengan 12 pihak yang akan kita jajaki lagi apakah dari yang sudah pernah menandatangani MoU terserbut masih ada minat atau tidak," ungkap Pahala saat ditemui di Gedung DPR, dikutip Selasa (21/3/2023).
Plh Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM Idris Sihite membeberkan bahwa alasan dari perginya Air Products dari konsorsium hilirisasi batu bara di Indonesia adalah karena perusahaan tersebut akan fokus pada pengembangan blue hydrogen atau hidrogen biru.
"Kan kemarin mereka (Air Products) minta mundur bukan karena apa, mereka lebih milih, dari suratnya ya, ke arah yang lain, blue hydrogen," ujar Idris saat ditemui di Gedung Kementerian ESDM, Dikutip Senin (16/2/2023).
Lebih lanjut, Idris menjelaskan bahwa Air Products memilih fokus pada pengembangan hidrogen biru melalui surat keterangannya. Idris menyebutkan pemerintahan Amerika Serikat memberikan insentif lebih besar kepada perusahaan untuk mengolah hidrogen biru. "Karena dari pemerintah mereka ngasih intensif yang lebih besar," tambahnya.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif buka suara perihal mundurnya Air Products dari proyek hilirisasi batu bara di Indonesia.
Menurut Arifin keputusan Air Products untuk tidak lagi melanjutkan proyek kerja sama hilirisasi batu bara di Indonesia karena ada beberapa pertimbangan. Salah satunya yakni pengembangan bisnis di Amerika lebih menarik ketimbang di Indonesia.
"Air Products kemarin karena dia itu merasa di Amerika lebih menarik bisnisnya dia ke sana," kata Arifin saat ditemui di Gedung Kementerian ESDM, Jumat (17/3/2023).
Selain itu, pemerintah Amerika Serikat juga mempunyai penawaran menarik berupa pemberian subsidi. Utamanya untuk pengembangan proyek energi baru dan terbarukan (EBT). "Di Amerika itu dengan adanya subsidi untuk EBT jadi ada proyek yang lebih menarik ke sana untuk hidrogen karena Amerika lagi mendorong untuk pemakaian itu," katanya.
Seperti diketahui, Air Products memilih angkat kaki dari dua proyek gasifikasi batu bara RI. Dua proyek tersebut yakni proyek DME dengan PTBA dan Pertamina, dan juga proyek gasifikasi batu bara menjadi etanol dengan perusahaan Bakrie Group, yakni PT Kaltim Prima Coal (KPC) dan PT Arutmin Indonesia.
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article AS Hengkang di Proyek Kesayangan Jokowi, Ini Biang Keroknya..
