AS Jadi Bangun Pembangkit Nuklir di RI? Ini Kata Menteri ESDM
Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) membuka peluang kerja sama dengan Amerika Serikat terkait proyek di sektor energi baru dan terbarukan (EBT), termasuk di dalamnya pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) skala kecil atau Small Modular Reactor (SMR).
Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan, pihaknya telah bertemu dengan salah satu perusahaan Amerika Serikat (AS) yang mempunyai teknologi Small Modular Reactor (SMR). Namun sayang, Arifin tak membeberkan secara detail nama perusahaan yang dimaksud.
Hanya saja, perusahaan ini telah mendapatkan sertifikasi dari Pemerintah AS untuk pengembangan proyek PLTN SMR. Perusahaan AS tersebut menurutnya saat ini juga tengah membangun dua proyek SMR di Amerika Serikat dan Rumania yang dijadwalkan beroperasi komersial atau Commercial Operation Date (COD) pada 2028-2029.
"Kita lihat dulu. Nah kalau dia itu terbukti aman dan sudah dikaji, baru kita pikirin, kan ada modul-modulnya, tapi intinya ini energi bersih dan katanya post electricity-nya itu bersaing, bisa satu digit (harga listrik), ini kan menarik buat kita," kata Arifin saat ditemui di Gedung Kementerian ESDM, Jumat (17/3/2023).
Seperti diketahui, Kementerian ESDM menggandeng Kementerian Perdagangan Amerika Serikat (AS) untuk mengembangkan berbagai sektor energi baru dan terbarukan (EBT) hingga digitalisasi. Hal itu ditandai dengan ditekennya Memorandum of Understanding (MoU) pada Kamis (16/3/2023).
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian ESDM, Rida Mulyana mengungkapkan bahwa rencana kerja sama dengan AS tersebut menyangkut pada sektor kendaraan listrik, Small Modular Reactor atau Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN skala kecil), teknologi Carbon Capture Storage (CCS) dan Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS).
"Dalam MoU ini bobotnya itu di antaranya terkait dengan mobil listrik atau kendaraan listrik, kemudian menyangkut Small Modular Reactor, PLTN kecil, kemudian menyangkut CCUS atau CCS," ungkap Rida dalam acara penandatanganan kerja sama energi RI dengan Amerika Serikat, Kamis (16/3/2023).
Selain itu, Rida juga menyebutkan kerja sama dengan Amerika Serikat juga menyangkut pemanfaatan energi panas bumi, pengembangan bioetanol, dan pengembangan smart city untuk IKN, dan keamanan digital.
"Pengembangan panas bumi, kemudian pengembangan bioetanol dan juga tak ketinggalan kita ingin wujudkan IKN atau ibu kota baru di Kalimantan jadi smart city, termasuk smart electricity," imbuhnya.
Adapun penandatanganan kerja sama ini juga dihadiri oleh Asisten Sekretaris Perdagangan untuk Pasar Global dan Direktur Jenderal Layanan Komersial AS dan Asing, Arun Venkataraman.
Ketua Komisi VII DPR RI Sugeng Suparwoto sebelumnya juga mengungkapkan bahwa AS ingin membangun pembangkit tenaga nuklir dan juga penambangan bahan galian nuklir di Indonesia.
Hal itu terungkap setelah pertemuan delegasi AS dan Komisi VII DPR RI.
"Komisi VII DPR RI menerima delegasi dari Amerika Serikat, yang tujuan utamanya menjelaskan rencana kerjasama yang ditawarkannya kepada Indonesia, dalam bidang tenaga nuklir," kata Sugeng, dikutip dari akun Instagramnya, Jumat (20/1/2023).
Adapun, salah satu kerja sama yang dijajaki adalah kerja sama nuklir melalui program sembilan juta dolar di Kalimantan Barat. Terutama untuk menambang Uranium yang menjadi bahan baku nuklir.
"Di sana ada tambang uranium yang menjadi bahan baku nuklir. Kami tentu menyambut baik hal tersebut," ujarnya.
Meski masih belum diungkapkan secara pasti siapa perusahaan AS yang akan membangun PLTN di Indonesia, namun perlu diketahui bahwa salah satu perusahaan AS yang tengah menyiapkan pembangunan PLTN berbahan baku thorium di Indonesia yaitu ThorCon Power Indonesia.
ThorCon berencana membangun prototipe TMSR500 atau pembangkit thorium di Bangka Belitung.
(wia)