Investasi Pembangkit Panas Bumi Topang Energi Bersih

Teti Purwanti, CNBC Indonesia
Jumat, 17/03/2023 15:35 WIB
Foto: Dok Pertamina

Jakarta, CNBC Indonesia - Proyek pembangkit listrik panas bumi berpotensi menjadi andalan dalam transisi energi dari energi fosil menjadi Energi Baru Terbarukan (EBT). Anggota Dewan Energi Nasional (DEN), Satya Yudha mengatakan, industri panas bumi memerlukan waktu yang panjang pada proses eksplorasi dan produksinya.

Namun hasilnya dapat membantu kehidupan untuk masa mendatang.

"Urgensi global dalam mengembangkan energi bersih dan hijau menjadikan panas bumi dapat menjadi kunci dalam mencapai target untuk mengembangkan green economy melalui green energy dan green industry, juga dukungan bagi Indonesia menuju Net Zero Emission (NZE) 2060," ujar Satya pada siaran pers, Jumat (17/3/2023).


Dia menambahkan penggunaan energi geothermal yang dimanfaatkan menjadi energi listrik. Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), sepanjang 2022 konsumsi listrik per kapita di Indonesia mencapai angka 1.173 kilowatt hour (KWh). Angka ini naik 4,45% jika dibandingkan 2021 sebesar 1.123 kWh.

pg

Kemudian, bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) dalam bauran energi nasional hingga tahun 2022 tercatat 14,11%, naik 13,65% dari realisasi 2021. Satya mengatakan kapasitas terpasang pembangkit listrik di Indonesia mencapai 81,2 gigawatt (GW) di 2022, dengan PLTG/GU/MG sebesar 21,6 GW, baru kemudian pembangkit listrik EBT sebesar 12,5 GW (PLTA sebanyak 6,6 GW, PLTP 2,3 GW, dan bioenergi sebesar 3 GW).

Indonesia memiliki kapasitas terpasang panas bumi terbesar ke-2 di dunia dan baru dimanfaatkan sebesar 2.175,7MWe atau 9% untuk Pembangkit Tenaga Panas Bumi (PLTP). Jumlah ini diproyeksikan akan menyusul Amerika Serikat yang menduduki peringkat pertama dunia.

Potensi listrik yang dihasilkan oleh geothermal ini dapat mencapai 24GW sehingga tidak menambah beban pemerintah dalam produksi listrik karena harganya yang kompetitif.

Salah satu perusahaan eksplorasi dan produksi geothermal, PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO), mengambil bagian pengelolaan 13 Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP). Corporate Secretary PGEO, Muhammad Baron mengatakan pengelolaan panas bumi perusahaan mencakup 82% dari total kapasitas terpasang panas bumi di Indonesia dan beroperasi di enam area.

Sebesar 672MW dioperasikan oleh PGEO dan sebesar 1.205 MW dikelola melalui Kontrak Operasi Bersama (Joint Operation Contract/JOC).

"Kapasitas produksi PGEO akan ditingkatkan lagi hingga 1.272MW pada 2027, sebagai salah satu penggunaan dana hasil IPO. Hingga saat ini PGE telah berhasil mengaliri 2,08 juta rumah di Indonesia," kata Baron.

Dia menambahkan sebagai salah satu anak usaha Grup Pertamina, PGEO memiliki rekam jejak dalam mempertahankan operasi pembangkit listrik tenaga panas bumi yang efektif dan konsisten. Selain itu, dia menegaskan, PGEO unggul dalam O&M melalui penerapan sistem manajemen dan teknologi digital.

"Pekerjaan yang konsisten dengan para ahli independen membuat pengembangan kompetensi berkelanjutan untuk semua personel O&M," papar Baron.


(rah/rah)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Ini Dia Sumber Uang hingga Target Bisnis Koperasi Merah Putih