Market Commentary

Duh, 14 Saham IPO 2023 Ini Boncos Parah, Ada yang Sudah ARB

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
10 March 2023 13:47
Pengunjung melintas dan mengamati pergerakan layar elektronik di di Jakarta, Selasa (2/1/2018).
Foto: Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Beberapa saham IPO 2023 terpantau sudah ambles lebih dari 1%, bahkan ambruk nyaris 7% hingga penutupan sesi I Jumat (10/3/2023).

Dari 27 saham IPO 2023, 14 saham diantaranya terpantau terkoreksi dari 1% hingga nyaris 7%. Bahkan, dua saham terpantau sudah menyentuh auto reject bawah (ARB).

Berikut saham-saham IPO 2023 yang ambles lebih dari 1% hingga sesi I hari ini.

EmitenKode SahamHarga TerakhirPerubahan Harian
Saptausaha GemilangindahSEGE161-6,94%
Lini Imaji Kreasi EkosistemFUTR137-6,80%
Wijaya Cahaya TimberFWCT111-5,13%
Jasa Berdikari LogisticsLAJU316-3,66%
Vastland IndonesiaVAST108-3,57%
Cakra Buana ResourcesCBRE51-1,92%
Hatten BaliWINE314-1,88%
Pertamina Geothermal EnergyPGEO840-1,75%
Jobubu Jarum MinahasaBEER340-1,73%
Haloni JaneHALO118-1,67%
Sunindo PratamaSUNI296-1,33%
Data Sinergitama JayaELIT169-1,17%
Aviana Sinar AbadiIRSX89-1,11%
Hassana Boga SejahteraNAYZ94-1,05%

Sumber: RTI

Saham emiten properti yang baru melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) kemarin, yakni PT Saptausaha Gemilangindah Tbk (SEGE) menjadi saham IPO 2023 yang paling parah koreksinya hari ini, yakni ambruk 6,94% ke posisi harga Rp 161/saham.

Berikutnya ada saham emiten penyedia konten media dan periklanan yakni PT Lini Imaji Kreasi Ekosistem Tbk (FUTR) yang anjlok 6,8% ke Rp 137/saham.

Bahkan, saham SEGE dan FUTR sudah menyentuh ARB pada perdagangan sesi I hari ini.

Tak hanya itu saja, saham emiten 'Geng Suami Puan' yakni PT Cakra Buana Resources Tbk (CBRE) juga terkoreksi hingga 1,92% ke Rp 51/saham.

Adapula saham emiten dibidang pembangkit listrik energi baru dan terbarukan (EBT) yang juga merupakan anak usaha dari PT Pertamina (Persero), yakni PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) yang merosot 1,75% menjadi Rp 840/saham.

Terakhir, ada saham emiten industri makanan bayi yakni PT Hassana Boga Sejahtera Tbk (NAYZ) yang melemah 1,05% menjadi Rp 94/saham.

Hingga hari ini, volatilitas beberapa saham IPO 2023 masih cukup tinggi, sehingga investor terutama investor ritel cenderung kurang melirik saham-saham IPO 2023 karena risikonya juga cukup tinggi.

Selain karena volatilitasnya yang masih cukup tinggi, kondisi global yang masih dilanda ketidakpastian juga mempengaruhi kinerja saham-saham IPO 2023.

Pada hari ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,7% ke posisi 6.752,22. Tak hanya saham-saham berkapitalisasi pasar kecil saja yang terkoreksi, beberapa saham berkapitalisasi pasar besar juga terpantau lesu akibat memburuknya sentimen global pada hari ini.

Sentimen pasar kembali memburuk, terutama di Amerika Serikat (AS) setelah investor melepas saham-saham perbankan di AS. Hal ini terjadi setelah adanya indikasi bahwa perusahaan pemberi pinjaman industri teknologi SVB Financial Group menjual saham untuk menopang neraca karena penurunan simpanan dari startup yang berjuang untuk pendanaan.

Ini memicu kekhawatiran bahwa kenaikan suku bunga akan mengikis neraca emiten.

Alhasil, saham-saham perbankan di AS terkena aksi profit taking besar-besaran yang menyebabkan saham perbankan di AS mengalami koreksi parah, diikuti juga oleh saham-saham perbankan besar di Indonesia dan turut membebani IHSG hari ini.

Meski begitu, investor masih berfokus pada pernyataan Ketua bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), Jerome Powell pada Rabu dan Kamis.

Powell mengisyaratkan kenaikan suku bunga lebih lanjut membuat kegalauan pasar keuangan semakin nyata, yang membuat pasar terpecah antara menginginkan The Fed menurunkan inflasi, kendati demikian rasa khawatir juga muncul penurunan bakal berlebihan sehingga menyebabkan tekanan ekonomi yang terus berlanjut.

Selain itu, pasar masih memperhatikan data ketenagakerjaan di AS, di mana data ini menjadi salah satu penyebab The Fed masih mempertahankan sikap hawkish-nya.

Hari ini, investor akan memantau rilis data penggajian non-pertanian (non-farm payroll/NFP) dan data ini juga akan menjadi pertimbangan The Fed untuk menentukan kebijakan moneter selanjutnya.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 7 Kinerja Saham IPO di Q1 2023, Tercuan Emiten Arak

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular