BI Beberkan Situasi Ekonomi RI Terkini, Jangan Panik!

News - Tim Redaksi, CNBC Indonesia
17 March 2023 12:05
Pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur Bulanan Bulan Maret 2023. (CNBC Indonesia/Anisa Sopiah) Foto: Pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur Bulanan Bulan Maret 2023. (CNBC Indonesia/Anisa Sopiah)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) memberikan kabar terkini mengenai situasi ekonomi di tanah air. Secara fundamental dari sisi makro ekonomi dan keuangan, Indonesia dinilai cukup tangguh untuk hadapi segala gejolak ketidakpastian.

Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan, pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap kuat didorong oleh peningkatan permintaan domestik dan ekspor.

Konsumsi rumah tangga diproyeksikan makin kuat, sejalan dengan peningkatan mobilitas di seluruh wilayah, penjualan eceran, dan membaiknya keyakinan konsumen.

Investasi juga solid ditopang penyelesaian Proyek Strategis Nasional (PSN) dan peningkatan aliran masuk Penanaman Modal Asing (PMA). Prospek permintaan domestik yang meningkat juga dipengaruhi dampak lanjutan perbaikan ekspor.

"Ekspor barang dan jasa diperkirakan lebih tinggi dari proyeksi sebelumnya seiring perbaikan prospek ekonomi global," jelas Perry dalam konferensi pers kemarin, dikutip Jumat (17/3/2023).

Perry menyebut, perkembangan hingga Februari 2023 menunjukkan ekspor nonmigas Indonesia tumbuh tinggi, termasuk dari peningkatan ekspor batu bara, bijih logam, dan CPO ke Tiongkok.

Selain itu, kunjungan wisatawan domestik dan mancanegara diperkirakan juga meningkat. Secara spasial, prospek ekspor yang lebih baik mendukung prospek ekonomi di wilayah Kalimantan, Sumatera, dan Sulawesi-Maluku-Papua (Sulampua) yang lebih tinggi.

Berdasarkan lapangan usaha, prospek sektor industri pengolahan, perdagangan besar dan eceran, serta transportasi dan pergudangan diprakirakan tumbuh kuat.

"Dengan berbagai perkembangan tersebut, pertumbuhan ekonomi pada 2023 diprakirakan akan bias ke atas dalam kisaran 4,5-5,3%," jelas Perry.

Untuk mengarahkan inflasi tetap terjaga, BI pun memutuskan untuk menahan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 5,75%, suku bunga Deposit Facility sebesar 5%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,5%.

"Bank Indonesia meyakini bahwa BI7DRR sebesar 5,75% memadai untuk mengarahkan inflasi inti tetap berada dalam kisaran 3,0±1% pada semester I 2023 dan inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) kembali ke dalam sasaran 3,0±1% pada semester II 2023," jelas Perry.

Nilai Tukar Rupiah Stabil

Adapun kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah juga terus diperkuat guna mengendalikan inflasi barang impor (imported inflation) dan memitigasi dampak rambatan ketidakpastian pasar keuangan global terhadap nilai tukar rupiah.

Perry mengatakan, nilai tukar rupiah terjaga sejalan dengan langkah stabilisasi yang dilakukan BI, di tengah kembali meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global.

Nilai tukar Rupiah pada 15 Maret 2023 sedikit terdepresiasi sebesar 0,75% secara point-to-point dibandingkan dengan level akhir Februari 2023. Secara year-to-date, nilai tukar Rupiah pada 15 Maret 2023 menguat 1,32% dari level akhir Desember 2022.

"Apresiasi nilai tukar rupiah tersebut lebih baik dibandingkan dengan apresiasi Rupee India sebesar 0,16%, serta depresiasi Baht Thailand dan Ringgit Malaysia masing-masing sebesar -0,04% dan -1,80%," jelas Perry.

"Ke depan, Bank Indonesia memprakirakan stabilitas nilai tukar Rupiah tetap terjaga sejalan dengan prospek pertumbuhan ekonomi domestik yang tinggi, inflasi yang rendah, surplus transaksi berjalan, serta imbal hasil aset keuangan domestik yang menarik," kata Perry lagi.

Stress Test BI: Bank RI Kuat Dari Hantaman Krisis Bank di AS

Perry menjelaskan, bahwa ketahanan sistem keuangan, khususnya perbankan tetap terjaga, baik dari sisi permodalan, risiko kredit maupun likuiditas.

Secara rinci permodalan perbankan kuat dengan rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio /CAR) sebesar 25,88% pada Januari 2023.

Risiko kredit juga terkendali, tercermin dari rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan /NPL) yang rendah 2,59% (bruto) dan 0,76% (neto) pada Januari 2023. Likuiditas perbankan pada Februari 2023 terjaga didukung oleh pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 8,18% (yoy).

"Berbagai kondisi tersebut menopang ketahanan perbankan Indonesia sehingga diperkirakan kinerjanya tidak terdampak langsung oleh dinamika penutupan tiga bank di AS," jelas Perry.

"Hasil stress test Bank Indonesia juga menunjukkan ketahanan perbankan Indonesia yang kuat," kata Perry lagi.

Ke depan, Bank Indonesia akan terus memperkuat sinergi dengan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) dalam memitigasi berbagai risiko makro ekonomi domestik dan global yang dapat mengganggu ketahanan sistem keuangan.


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Ramalan Terbaru dari Bos BI, Ekonomi RI Tumbuh 5,7% di 2027


(cap/cap)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading