Bos Bayan Ramal Batu Bara RI Masih Jadi Primadona Dunia

News - Firda Dwi Muliawati, CNBC Indonesia
16 March 2023 16:55
Direktur PT Bayan Resources Alexander Ery Wibowo dalam Economic Outlook 2023 dengan tema Foto: Direktur PT Bayan Resources Alexander Ery Wibowo dalam Economic Outlook 2023 dengan tema "Menjaga Momentum Ekonomi di Tengah Ketidakpastian" di Hotel St. Regis, Jakarta, Selasa (28/2/2023). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Direktur PT Bayan Resources Tbk (BYAN) Alexander Ery Wibowo mengatakan batu bara Indonesia masih menjadi primadona dunia meski tren harga tengah mengalami penurunan sejak awal 2023.

Alexander mengatakan, hal itu dibuktikan dengan suplai batu bara di Indonesia yang masih melimpah dan didorong oleh permintaan batu bara dari manca negara yang masih terhitung tinggi.

Dari sisi suplai, Indonesia menargetkan produksi batu bara pada 2023 ini naik menjadi 694 juta ton dari realisasi produksi pada 2022 lalu yang sebesar 687 juta ton.

Adapun dari target produksi tersebut, sekitar 176,8 juta ton ditargetkan untuk pembeli domestik (Domestic Market Obligation/ DMO), seperti untuk pembangkit listrik. Selebihnya, bisa diekspor.

Sementara dari sisi permintaan dunia, Alexander menyebut, permintaan batu bara dari manca negara kian meningkat.

Salah satu faktor pendorongnya adalah perekonomian China yang dinilai semakin membaik, sehingga meningkatkan kebutuhan energi. Selain itu, permintaan batu bara dari India juga meningkat karena semakin besarnya kebutuhan listrik.

"Di satu sisi, kita lihat ada optimisme bahwa pertumbuhan laju ekonomi di China itu sangat positif di 2023. Kedua, adalah India, permintaan listrik India itu ada peningkatan di 2023 dan targetnya ada peningkatan kebutuhan listrik sejalan dengan pertumbuhan ekonomi di India," jelasnya kepada CNBC Indonesia dalam program 'Mining Zone', dikutip Kamis (16/03/2023).

Begitu juga dengan Eropa. Menurutnya, kebutuhan batu bara di Eropa juga bisa meningkat dikarenakan faktor perang antara Rusia dan Ukraina yang belum ada tanda-tanda kapan ini akan berakhir.

"Ketiga, sisi Eropa, Eropa masih sangat volatile dari perang Rusia-Ukraina. Jadi, anytime bisa bertambah, bisa berubah (permintaan akan batu bara)," tandasnya.

Tak hanya itu, menurutnya sejumlah negara lain, termasuk negara tetangga, juga diperkirakan akan membutuhkan batu bara dalam jumlah lebih besar lagi pada tahun ini, di antaranya Bangladesh dan Vietnam.

"Kalau wilayah-wilayah lain pendukung, saya pikir banyak lah ya negara-negara berkembang, mungkin Bangladesh, kemudian Vietnam," lanjutnya.

Seperti diketahui, permintaan dari India memang diperkirakan akan meningkat dalam waktu dekat untuk mengantisipasi lonjakan penggunaan listrik selama musim panas Mei-Juni.

Sejumlah media melaporkan jika cadangan batu bara di 62 dari 180 pembangkit mereka dalam kondisi kritis. Pasokan kini berada di kisaran 33,7 juta ton, setengah dari pasokan ideal yakni 67,5 juta ton.

Pemerintah India sudah meminta produsen listrik untuk segera mengimpor batu bara menjelang musim panas. Namun, sejauh ini permintaan tersebut belum banyak terealisasi.

Laporan terbaru bahkan memperkirakan dalam jangka panjang impor India akan turun tajam. Impor batu bara Negeri Gangga diperkirakan akan turun 25% dalam waktu tiga tahun mendatang karena meningkatnya produksi.

India mengimpor batu bara sebanyak 248,54 juta ton pada 2019-2020. Jumlah tersebut diharapkan turun menjadi 186,06 juta ton pada 2022-2023.

Produksi batu bara India ditargetkan naik dari 1,01 miliar ton pada 2023-2024 menjadi 1,3 miliar ton pada 2025-2026.


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Person Of The Month: Dato' Low Tuck Kwong


(wia)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading