Internasional

Geger Perang Minyak Saudi Cs Vs AS, Raja Salman Ogah 'Tunduk'

News - Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
15 March 2023 11:10
A Honor Guard member is covered by the flag of Saudi Arabia as Defense Secretary Jim Mattis welcomes Saudi Crown Prince Mohammed bin Salman to the Pentagon with an Honor Cordon, in Washington, Thursday, March 22, 2018. (AP Photo/Cliff Owen) Foto: Arab Saudi (AP/Cliff Owen)

Jakarta, CNBC Indonesia - Hubungan Arab Saudi dan Amerika Serikat (AS) kembali panas. Hal ini disebabkan langkah AS yang ingin menerapkan harga batas atas bagi minyak negara-negara OPEC+ melalui Rencana Undang-undang (RUU) Tanpa Kartel Penghasil dan Pengekspor Minyak atau NOPEC.

Menteri Energi Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman mengatakan manuver itu tidak akan diikuti oleh Riyadh maupun anggota OPEC+ lainnya. Ia menyebut langkah itu hanya akan menyebabkan kelangkaan minyak global.

Pangeran Abdulaziz menambahkan bahwa kelompok negara penghasil minyak OPEC+ telah berhasil membawa stabilitas dan transparansi yang signifikan ke pasar minyak, terutama dibandingkan dengan semua pasar komoditas lainnya.

"RUU NOPEC tidak mengakui pentingnya menahan kapasitas cadangan, dan konsekuensi dari tidak menahan kapasitas cadangan terhadap stabilitas pasar," katanya, dikutip dari Arab News, Rabu (15/3/2023).

NOPEC dapat membuat anggota OPEC+ terbuka untuk dituntut berdasarkan undang-undang antimonopoli Amerika. RUU tersebut dihidupkan bulan ini oleh sekelompok senator bipartisan di Washington di tengah kekhawatiran tentang harga energi yang tinggi.

Penghidupan RUU ini datang setelah permintaan peningkatan produksi minyak yang dimintakan Presiden AS Joe Biden kepada Putra Mahkota Saudi, Mohammed bin Salman (MBS), ditolak mentah-mentah tahun lalu.

Saat itu, Gedung Putih mengatakan Biden kecewa dengan keputusan 'picik' OPEC+ untuk memangkas kuota produksi, sementara ekonomi global menghadapi dampak negatif lanjutan dari serangan Rusia ke Ukraina.

Namun, menurut Pangeran Abdulaziz NOPEC juga akan membuat negara-negara OPEC+ kesulitan dalam berinvestasi untuk produksi. Dampak ini nantinya akan terasa di seluruh dunia pada produsen dan konsumen, serta pada industri minyak.

Arab Saudi secara proaktif memulai upaya untuk memperluas kapasitas produksi menjadi 13,3 juta barel per hari pada tahun 2027.

"Ekspansi sudah berjalan, dalam tahap rekayasa, dan peningkatan pertama diharapkan mulai beroperasi pada tahun 2025," kata sang pangeran.

"Kapasitas cadangan dan stok darurat global adalah jaring pengaman utama untuk pasar minyak dalam menghadapi potensi guncangan. Saya telah berulang kali memperingatkan bahwa pertumbuhan permintaan global akan melebihi kapasitas cadangan global saat ini, sementara cadangan darurat berada pada titik terendah dalam sejarah."


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

AS-Saudi Masih Tegang Soal Minyak


(luc/luc)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading