Internasional

Sekutu Putin Kecewa terhadap Rusia, 'Ancam' Merapat ke AS

News - Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
15 March 2023 08:30
Protesters gather near the parliamentary building during a protest against an agreement to halt fighting over the Nagorno-Karabakh region, in Yerevan, Armenia, Wednesday, Nov. 11, 2020. Thousands of people flooded the streets of Yerevan once again on Wednesday, protesting an agreement between Armenia and Azerbaijan to halt the fighting over Nagorno-Karabakh, which calls for deployment of nearly 2,000 Russian peacekeepers and territorial concessions. Protesters clashed with police, and scores have been detained. (AP Photo/Dmitri Lovetsky) Foto: Demo terhadap kesepakatan untuk menghentikan pertempuran atas wilayah Nagorno-Karabakh, di Lapangan Kebebasan di Yerevan, Armenia, Rabu, 11 November 2020. (AP / Dmitri Lovetsky)

Jakarta, CNBC Indonesia - Perdana Menteri (PM) Armenia Nikol Pashinyan menuduh aliansi keamanan yang didominasi Rusia, Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif (CSTO), telah meninggalkan negaranya saat ketegangan masih terus memanas antara negara itu dan Azerbaijan.

Dalam pernyataannya, Pashinyan mengatakan Armenia telah mengidentifikasi hal ini sebagai persoalan objektif antara negaranya dengan Kremlin. Menurutnya, CSTO yang memiliki inisiatif untuk mulai meninggalkan Armenia.

"CSTO menarik diri dari Armenia. Apakah diinginkan atau tidak, kami prihatin tentang itu," kata Pashinyan dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Al Jazeera, Rabu (15/3/2023).

Pashinyan telah berulang kali mengkritik kegagalan CSTO untuk melindungi Armenia, yang notabenenya bagian dari aliansi itu, di tengah kebuntuan dengan Azerbaijan atas wilayah Nagorno-Karabakh yang disengketakan.

"Ancaman eskalasi di sepanjang perbatasan Armenia dan di Nagorno-Karabakh sekarang sangat tinggi, mencatat retorika yang semakin agresif dari Baku," pungkasnya.

Dengan menipisnya pengaruh Kremlin di wilayah itu, Pashinyan mengatakan bahwa Armenia akan menyambut negara lain, seperti Amerika Serikat dan Jerman, untuk membantu menengahi pembicaraan damai dengan Azerbaijan.

"Arsitektur keamanan yang ada tidak berfungsi. Yerevan sedang berupaya untuk membangun kerja sama militer-teknis dengan banyak negara lain."

Nagorno-Karabakh telah lama diakui secara internasional sebagai bagian dari Azerbaijan, meskipun populasinya sebagian besar terdiri dari etnis Armenia.

Pasukan Armenia menguasai Karabakh dalam perang yang mencengkeram wilayah itu saat pemerintahan Soviet runtuh pada awal 1990-an. Azerbaijan merebut kembali sebagian besar wilayah dalam konflik enam minggu pada tahun 2020.

Konflik itu pun berakhir dengan gencatan senjata dan pengiriman pasukan penjaga perdamaian Rusia. Namun kekerasan bersenjata yang sering terjadi merusak upaya perdamaian.

Selama tiga bulan terakhir, aktivis lingkungan Azerbaijan telah memblokade koridor Lachin yang menghubungkan Armenia dan Nagorno-Karabakh. Mereka menyebut pihaknya menentang operasi penambangan di wilayah tersebut. Namun, Yerevan mengatakan para pengunjuk rasa adalah aktivis politik yang bertindak atas perintah otoritas pusat di Baku.


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Sekutu Putin Ini Kecewa, Ancam Bakal Merapat ke AS Cs


(luc/luc)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading