Chaos SVB, BI Tegaskan Tak Ada yang Terlalu Dikhawatirkan
Jakarta, CNBC Indonesia- Dampak kolapsnya bank raksasa Amerika Serikat (AS) Silicon Valley Bank (SVB) merembet ke pasar keuangan di Asia, tak terkecuali Indonesia.
Setelah menguat cukup tajam melawan dolar Amerika Serikat (AS) awal pekan kemarin, rupiah berbalik melemah pada perdagangan Selasa (14/3/2023).
Jebloknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hingga 2% berimbas negatif ke rupiah. Mengutip data Refinitiv, rupiah mengakhiri perdagangan di Rp 15.380/US$, melemah 0,13% di pasar spot.
Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI), Edi Susianto, menuturkan setelah munculnya masalah SVB, secara umum kemarin mata uang Asia ditutup menguat.
Namun, per hari ini mata uang Asia memang sebagian mengalami pelemahan, namun ada beberapa mata uang yang mengalami penguatan. Rupiah mengalami pelemahan yang relatif terbatas.
"Artinya dampak dari adanya masalah SVB ini masih dalam koridor yang managable, namun tetap perlu terus dicermati Mba," ungkapnya kepada CNBC Indonesia, Selasa (BI).
Edi menambahkan BI belum melakukan intervensi terhadap pasar. Dia menegaskan bahwa rupiah tetap bergerak sesuai mekanisme pasar.
"Kita masih mengedepankan mekanisme pasar, belum ada hal yang terlalu dikhawatirkan, pasar masih dalam kondisi yang terkendali," paparnya.
(haa/haa)