
Perang Rusia-Ukraina Masih Menggila, Kota Ini Jadi "Neraka"

Jakarta, CNBC Indonesia - Perang Rusia ke Ukraina masih terus terjadi. Sejumlah fakta baru pun muncul.
Di antaranya di wilayah utama pertempuran, Bakhmut, Ukraina Timur. "Neraka total" disebut muncul di sana saat ini.
Hal tersebut dijelaskan kantor Presiden Ukraina, Senin (6/2/2023) waktu setempat. Pengepungan Rusia masih terus terjadi dan pasukan Ukraina masih berperang mati-matian melawannya.
Pertempuran sengit juga telah menghabiskan cadangan artileri kedua belah pihak. Dilaporkan bagaimana ribuan peluru ditembakkan setiap hari di sepanjang front timur dan selatan.
Perlu diketahui, Bakhmut jadi prioritas Rusia karena dianggap bisa menjadi "keuntungan besar" dalam perang setahun terakhir. Karenanya itu, pasukan dan tentara bayaran Wagner, terfokus di sana.
Pengamat menilai, merebut kota itu akan menjadi langkah menuju tujuan utama Moskow, yakni merebut seluruh wilayah wilayah Donbas di sekitarnya. Donbass sendiri merupakan wilayah pusat industri batu bara di jaman Uni Soviet yang di dalamnya terletak wilayas administratif Luhansk dan Donest yang sebagian besar penduduknya beretnis Rusia.
Seorang komandan Ukraina di Bakhmut, Volodymyr Nazarenko, mengatakan tidak ada perintah untuk mundur. Pasukan dalam polisi "bertahan" meskipun dalam kondisi yang suram.
"Situasi di Bakhmut dan sekitarnya benar-benar bak neraka total, seperti di seluruh front timur," kata Nazarenko dalam sebuah video yang diposting di Telegram, dikutip Reuters.
Di sisi lain, bos Wagner yang mengirim puluhan ribu narapidana yang direkrut dari penjara Rusia ke dalam pertempuran di sekitar Bakhmut, Yevgeny Prigozhin, mengeluarkan rentetan pernyataan terbaru yang memperdalam keretakannya dengan petinggi Rusia. Prigozhin mengatakan dia telah menulis surat pada hari Minggu kepada komandan kampanye Ukraina "tentang kebutuhan mendesak untuk mengalokasikan amunisi".
Sayangnya hal itu tak digubris Moskow. Pada Senin pagi, dia mengatakan perwakilannya di markas operasional Rusia telah membatalkan izinnya dan menolak aksesnya.
"Pejabat kementerian melakukan pengkhianatan karena gagal memasok amunisi yang cukup untuk pasukannya, sesuatu yang dibantah oleh kementerian," tulis Reuters mengutipnya.
Sebelumnya Minggu, dikutip dari CNBC International, analis di Institute for the Study of War (ISW) mengatakan pasukan Ukraina tampaknya melakukan "penarikan taktis terbatas" di Bakhmut. Meskipun, tambahnya, Kyiv mencatat bahwa "masih terlalu dini untuk menilai niat Ukraina mengenai penarikan penuh dari kota" tersebut.
Sementara itu, PBB mengonfirmasi 8.173 kematian warga sipil dan 13.620 korban luka di Ukraina sejak serangan Rusia. Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia mengatakan jumlah korban tewas di Ukraina kemungkinan lebih tinggi, karena konflik bersenjata dapat menunda laporan kematian.
Organisasi internasional tersebut mengatakan sebagian besar korban sipil yang tercatat disebabkan oleh penggunaan senjata peledak dengan area dampak yang luas. Termasuk penembakan dari artileri berat dan sistem peluncuran roket ganda, serta rudal dan serangan udara.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 24 Jam Berdarah di Bakhmut, 500 Tentara Rusia-Ukraina Tewas