Dugaan Ahli: Ini yang Jadi Pemicu Kebakaran Depo BBM Plumpang
Jakarta, CNBC Indonesia - Peneliti minyak dan gas (migas) mengungkapkan sejumlah kemungkinan alasan dibalik meledaknya depo atau Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) Pertamina Plumpang, Koja, Jakarta Utara. Ledakan terjadi pada Jumat (3/3/2023) malam, yang mana sampai saat ini masih dilakukan investigasi kasus tersebut.
Peneliti Utama Puslitbangtek Migas 1985-2015, Oberlin Sidjabat beberkan kemungkinan sebab dari meledaknya Depo Plumpang. Oberlin mengatakan beberapa faktor yang bisa menyulut ledakan di TBBM Plumpang.
Salah satu faktor yang bisa menyebabkan ledakan adalah karakteristik bahan bakar minyak (BBM) yang mudah menguap. Diikuti dengan oksigen yang bercampur bisa menimbulkan api.
"Kita lihat factor petir (yang disampaikan warga), apalagi dikabarkan ada pengisian bahan bakar. Nah kita tahu karakteristik bahan bakar bensin gampang menguap, sehingga akibat penguapan ini, udara itu dia bercampur dengan udara dan kalo ada petir inilah yang menjadi masalah," ungkap Oberlin kepada CNBC Indonesia dalam program 'Profit', Senin (6/3/2023).
Memang, sebelumnya ada isu bahwa saat kejadian, warga sekitar mendengar adanya suara seperti petir. Diikuti sebelum terjadinya ledakan, yang pada saat itu cuaca di wilayah tersebut memang sedang hujan. Pada saat bersamaan, sekitar 30 menit atau 20 menit sebelum ledakan terjadi tercium bau bensin yang menyengat.
Dengan begitu, Oberlin mengungkapkan bahwa kemungkinan dengan adanya pengisian BBM dan adanya petir bisa menyebabkan ledakan hingga kebakaran.
Selain itu, oberlin juga mengungkapkan bahwa adanya kabel listrik yang terbuka juga menjadi jalan untuk menyulut api sehingga terjadi kebakaran. Sehingga menurutnya, monitoring pada alat termasuk pipa dan kabel listrik di sana harus selalu dilakukan.
"Kita juga harus melihat apakah ada pemeliharaan pipa-pipa ataupun dari sistem pengisian bahan bakar di depo itu dimonitor terus. Karena bisa saja terjadi kalau ada kabel-kabel listrik juga ya, kalau memang ada yang kebuka gitu, itu juga bisa menimbulkan masalah," ujarnya.
Adapun, dia juga menyinggung soal pemukiman warga yang jaraknya terhitung sangat dekat dari TBBM Plumpang bisa memicu masalah juga. Yang mana Oberlin sebutkan dalam kegiatan warga sehari-hari mengandalkan api untuk memasak, merokok, dan kegiatan lainnya.
Sehingga, dia menilai, jika ada kebocoran pipa saat itu, maka bisa tersulut dari kegiatan warga yang melibatkan api di pemukiman tersebut. "Seperti kita ketahui, karakteristik BBM kita itu mudah menguap dan dia terbang artinya ke udara. Sehingga kalau ini terjadi kebocoran, apabila pemukiman itu dekat sekali maka pemukiman itu kan ada api, masak, merokok, dan sebagainya nah ini menjadi masalah," tutupnya.
Vice President Corporate Communication Pertamina, Fadjar Djoko Santoso menyatakan bahwa Depo Plumpang yang sempat mengalami kebakaran sudah beroperasi 100% sejak Sabtu pagi (4/3/2023).
"Sudah beroperasi 100% sejak Sabtu pagi, pasokan dan distribusi pun normal," ungkap Fadjar kepada CNBC Indonesia, Senin (6/3/2023).
Fadjar juga belum bisa menjelaskan kenapa Depo Plumpang, Pertamina bisa mengalami kebakaran. Yang jelas, pihaknya mendukung langkah Polri RI untuk melakukan investigasi. "Kita tunggu hasil investigasi dari kepolisian ya," tandas Fadjar.
Sebelumnya, Pasca terjadinya kebakaran hebat Depo atau Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM), Plumpang, Koja, Jakarta Utara milik PT Pertamina (Persero), pemerintah khususnya Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) memberikan opsi-opsi berkenaan dengan itu.
Setidaknya, Presiden Jokowi memberi dua opsi solusi bagi permasalahan kebakaran Depo Pertamina Plumpang. Hal itu diungkapkan Presiden saat kunjungannya ke Posko Pengungsian di Ruang Publik Terpadu Rumah Anak (RPTRA) Plumpang, Jakarta Utara, Minggu, (5/3/2023).
Adapun dua opsi solusi yang disebut Jokowi antara lain relokasi warga di sekitar Depo Pertamina Plumpang atau memindahkan Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) Pertamina Plumpang. "Bisa saja Plumpang-nya digeser ke reklamasi atau penduduknya yang digeser, direlokasi," katanya.
Jokowi menegaskan Depo Pertamina merupakan zona berbahaya yang harus jauh dari pemukiman penduduk. Karena itu, seharusnya tidak boleh ada pemukiman warga di dekat depo bahan bakar.
Bila warga yang direlokasi, maka kata Jokowi, wilayah yang ditinggali sekarang akan menjadi buffer zone Depo Pertamina. Presiden meminta jajarannya untuk membuat keputusan cepat apakah warga yang direlokasi atau Depo Pertamina yang dipindahkan. "Ini akan segera diputuskan sehari dua hari ini oleh Pertamina & Gubernur DKI sehingga solusinya menjadi jelas. Tetapi memang zona ini harusnya zona air," tambahnya.
Jokowi menilai, harus ada fasilitas yang melindungi dari objek vital itu, Pasalnya, barang-barang yang disimpan di situ sangat berbahaya ketika berdekatan dengan masyarakat, apalagi dengan pemukiman penduduk.
(pgr/pgr)