Akhir Cerita Macet Horor Jambi, Perusahaan Tambang Denger Nih

Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
Jumat, 03/03/2023 15:50 WIB
Foto: Macet Jambi (Ist via Detik)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengimbau agar perusahaan tambang batu bara yang di Jambi membuat jalannya sendiri. Hal tersebut merespon adanya kemacetan parah yang terjadi di Jalan Nasional Tembesi, Batanghari.

Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batu Bara (Minerba), Irwandy Arif mengatakan persoalan ini sebenarnya sudah menjadi perhatian dari Kementerian ESDM. Bahkan berdasarkan rapat yang digelar beberapa waktu lalu terdapat opsi perusahaan tambang di wilayah itu untuk membuat jalan yang khusus mereka lalui.

"Memang mereka ada izin melewati jalan nasional sih oke saja, cuma mungkin sudah terlalu banyak ya dan itu juga sudah dirapatkan di sini. Ada rencana nanti jalan keluarnya mereka buat jalan sendiri," katanya saat ditemui di Gedung Kementerian ESDM, Jumat (3/3/2023).


Lebih lanjut, menurut dia truk pengangkut batu bara sejatinya diperbolehkan untuk melalui jalan nasional tersebut seiring dengan aturan yang telah ada. Hanya saja, berdasarkan sepengetahuannya jam operasionalnya dibatasi mulai dari pukul 18.00 WIB hingga 06.00 WIB.

"Ada aturannya, mereka baru bisa mulai beroperasi jam 6 sore kan, karena sudah terlalu banyak mungkin jadi crowded," kata dia.

Seperti diketahui, kejadian macet 'horor' di Jambi ini sendiri berlangsung hingga 22 jam dan mengakibatkan satu orang yang berada di dalam mobil ambulans meninggal dunia.

Mengutip CNNIndonesia, Hidayat (28) menjadi salah warga Kota Jambi yang terjebak dalam fenomena lalu lintas ini. Setelah terjebak macet selama berkisar 22 jam, barulah ia bisa memasuki Kota Jambi.

"Kemacetan terjadi dengan empat jalur. Selain truk batu bara, banyak juga mobil pribadi, mobil yang bawa ikan. Bukan tidak bisa lewat lagi, tetunak di situlah," ujarnya, kepada CNNIndonesia, Dikutip Kamis (2/3/2023).

Imbas kemacetan ini, terdapat pasien yang meninggal dunia di dalam ambulans. "Ada ambulans yang membawa pasien, meninggal di situ. Dia ini mau ke Jambi, tetapi tidak tahu mau ke rumah sakit mana," kata Hidayat.

Tidak hanya itu, terdapat pedagang yang mengeluhkan ikan yang diangkutnya mati di tengah jalan. Pedagang ini tentu mengalami kerugian besar, karena harga ikan yang telah lama mati berbeda jauh dengan ikan yang masih segar. "Ini bukan lagi macet. Tapi tidak bergerak," kata Doni, pedagang ikan tersebut.

Setiawan, sopir truk angkutan perabot rumah tangga, juga mengeluhkan hal yang sama. Ia sudah terjebak macet selama lebih dari 15 jam. "Dari sore kemarin, kami ini sudah terjebak kemacetan. Kalau sudah begini ya bisanya cuma pasrah dan sabar," ujarnya.

Ia mengaku sudah berkali-kali terjebak macet karena ada belasan ribu batu bara yang bergerak secara bersamaan pada malam hari di jalan nasional. "Kami supir ini punya jadwal ya, hari ini dan jam sekian misalnya kami harus sudah berangkat, kalau macet, tentu tidak ada lagi waktu istirahat di rumah," ungkap Setiawan.

Kerugian terbesar bagi Setiawan ialah kehilangan waktu bersama keluarga. Ini diperparah dengan pendapatannya yang berkurang. "Kalau uang jalan habis, mau tidak mau pakai uang sendiri. Artinya setoran bulanan untuk di rumah, ya berkurang," tuturnya.


(pgr/pgr)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Beijing Ngamuk, Warga China Direkrut CIA