PMI Manufaktur RI Melambat, Sentimen Dunia Usaha Pun Ambruk

mae, CNBC Indonesia
01 March 2023 09:05
Presiden Joko Widodo meluncurkan mobil listrik pertama yang dirakit di Indonesia dalam kunjungan kerjanya ke pabrik PT Hyundai Motor Manufacturing Indonesia di Kabupaten Bekasi, Provinsi Jawa Barat, pada Rabu, 16 Maret 2022. (Biro Pers Sekretariat Presiden)
Foto: Presiden Joko Widodo meluncurkan mobil listrik pertama yang dirakit di Indonesia dalam kunjungan kerjanya ke pabrik PT Hyundai Motor Manufacturing Indonesia di Kabupaten Bekasi, Provinsi Jawa Barat, pada Rabu, 16 Maret 2022. (Biro Pers Sekretariat Presiden)

Jakarta, CNBC Indonesia - Aktivitas manufaktur Indonesia melambat pada Februari 2023 tetapi tetap berada dalam fase ekspansifnya.

Pada Rabu (1/3/2023), S&P Global merilis data aktivitas manufaktur yang dicerminkan dengan Purchasing Managers' Index (PMI). Untuk periode Februari 2023, PMI manufaktur Indonesia ada di angka 51,2. PMI turun tipis dibandingkan pada Januari 2023 yang tercatat di 51,3.

Dengan demikian, PMI manufaktur Indonesia sudah berada dalam fase ekspansif selama 18 bulan terakhir.

PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula. Jika di atas 50, maka artinya dunia usaha sedang dalam fase ekspansi. Sementara di bawah itu artinya kontraksi.

Jingyi Pan, Economics Associate Director S&P Global Market Intelligence, mengatakan PMI manufaktur Indonesia tetapi tinggi ditopang oleh permintaan domestik yang masih kencang.

"Permintaan domestik yang lebih kencang mendorong naiknya output sektor manufaktur di saat permintaan dari luar masih dalam tahap pemulihan," tutur Jingyi, dikutip dari website resmi S&P.

Salah satu faktor lain yang digarisbawahi oleh Jingyi adalah berkurangnya gangguan pada rantai pasokan. Waktu pengiriman barang ke supplier juga menjadi lebih pendek. Ini adalah hal positif yang baru dicatatkan PMI manufaktur Indonesia dalam setahun terakhir.

"Inflasi terkait ongkos produksi juga melandai, ini menggambarkan semakin berkurangnya tekanan pada sisi supply. Ini juga menjaga inflasi pada sisi harga penjualan relatif ringan dan terkendali," imbuh Jingyi.

Namun, Jingyi menggarisbawahi masih rendahnya sentimen dunia usaha di sektor manufaktur. Dalam hitungan S&P, sentimen pelaku manufaktur di Indonesia jatuh ke level terendah sejak Mei 2020 atau dalam 33 bulan terakhir.

Masih tingginya PMI manufaktur didorong oleh meningkatnya permintaan baru serta berkurangnya backlogged kerja pada bulan lalu.

Perusahaan sudah mulai meningkatkan aktivitas pembelian tetapi masih dalam batas yang prudent.

Kenaikan permintaan ini tidak sampai membuat penumpukan pada pasokan pra-produksi karena produsen lebih memilih untuk meningkatkan utilisasi.  DI sisi lain, pasokan pasca produksi terus meningkat sejalan kenaikan produksi.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]


(mae/mae)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Mantap! Indeks PMI Indonesia Melesat 53,7 di September 2023

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular