Fenomena Aneh Resto-Resto Bertumbangan, Akhirnya Terjawab!

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
27 February 2023 09:40
Petugas membersihkan meja makanan di Restoran di Kawasan Benhil, Jakarta, Selasa 6/4. Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jakarta ingin pemerintah meningkatkan kapasitas jumlah pengunjung yang bisa makan di tempat alias dine in di tempat makan menjadi 75 persen saat masa buka bersama (bukber) puasa sepanjang Ramadan. Saat ini, kapasitas pengunjung dine in hanya boleh 50 persen. Kebijakan ini diterapkan karena pemerintah masih melangsungkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro. Terkait hal ini, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif DKI Jakarta Gumilar Ekalaya mengatakan belum ada perubahan aturan terkait kapasitas jam operasional restoran saat momen buka puasa bersama seperti dikutip CNN Indonesia. Namun, pemerintah tetap membuka masukan dari pengusaha. Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif DKI Jakarta, Gumilar Ekalaya juga mengatakan pihaknya tidak melarang pelaksanaan kegiatan buka puasa bersama (bukber) di restoran atau rumah makan di masa pandemi Covid-19. Menurut Gumilar, waktu pelaksanaan kegiatan bukber tidak melanggar ketentuan dalam PPKM Mikro. Meski tidak melarang, Gumilar mengingatkan kegiatan buka bersama harus tetap menerapkan protokol kesehatan. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi Restoran. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Ada fenomena aneh di awal 2023 saat PPKM sudah dicabut tapi muncul resto-resto tetap memilih tutup. Tak adanya pembatasan sosial lagi, tak membuat resto bisa bertahan hidup, misalnya beberapa Warunk Upnormal tutup hingga Fish & Co tutup sejak akhir tahun lalu.

Ada apa sebenarnya?

Sekretaris Jenderal Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran mengungkapkan penyebab jaringan-jaringan restoran ini bertumbangan.

Menurutnya, saat ini bisnis restoran menghadapi situasi rumit. Sebab, permasalahan dari peningkatan traffic pengunjung tidak serta merta juga meningkatkan pendapatan yang diterima.

Selain itu, biaya operasional yang harus ditanggung semakin naik seiring dengan meningkatnya traffic. Namun, jika tak diikuti kenaikan pendapatan, usaha restoran kemudian bisa jadi gulung tikar hingga menutup gerainya.

"Bahwa peningkatan traffic yang ada terjadi saat ini, juga diiringi dengan peningkatan biaya operasional. Masalah energinya (listrik dan air), (biaya) dari perizinan, belum lagi terkait masalah upah minimum juga kan meningkat semua itu. Nah itu dari sisi pendapatan belum bisa dikatakan (meningkat)," kata Maulana kepada CNBC Indonesia, dikutip Senin (27/2/2023).

Permasalahan lainnya, lanjut dia, maraknya aktivitas sosial dan ekonomi setelah pembatasan ketat di era pandemi Covid-19, ternyata belum diikuti pemulihan usaha. Di sisi lain, jelas Maulana, pengusaha harus melunasi kewajibannya ke pihak bank meski masih dalam kondisi babak belur.

"Semua pihak melihat kan traffic-nya meningkat, berarti sudah terjadi pemulihan padahal kejadian 2020-2021 dan sampai berkembang ke tahun 2022 terhadap kewajiban perbankan itu juga cukup besar. Banyak kewajiban di dalam situ (pendapatan) yang termasuk untuk kewajiban perbankan mereka yang mereka punya tanggungan di sana," ujarnya.


(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Fenomena Mixue Bermunculan Kafe Malah Tutup, Ini Penjelasanya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular