
Inggris Krisis Lagi, Bahan Makanan Ini Terancam Hilang

Jakarta, CNBC Indonesia - Warga Inggris kemungkinan besar akan menghadapi kekurangan bahan makanan. Ini terutama terakit bahan pembuat salad, termasuk tomat, mentimun, dan paprika.
Foto-foto kelangkaan di supermarket dibagi warga.Krisis diyakini bakal terjadi hingga satu bulan ke depan.
Hal ini bukan tanpa sebab. Mahalnya biaya energi, membuat berkurangnya produksi buah dan sayur tersebut saat musim dingin karena sulitnya rumah kaca di Inggris dan Belanda memperoleh energi.
"Situasinya akan berlangsung sekitar dua hingga empat minggu lagi," kata Menteri Lingkungan, Pangan dan Urusan Pedesaan, Therese Coffey, dikutip Reuters, Jumat (24/2/2023).
"Penting bagi kami untuk mencoba dan memastikan bahwa kami mendapatkan opsi sumber alternatif," lanjutnya, seraya menambahkan orang Inggris mungkin ingin mempertimbangkan makan lobak yang ditanam di rumah sebagai gantinya.
Pada Rabu, grup supermarket terbesar Inggris Tesco mengikuti saingannya Asda, Morrisons dan Aldi juga telah memberlakukan batas pembelian pelanggan pada item salad. Langkah ini dilakukan setelah pasokan dari panen di Eropa selatan dan Afrika utara terganggu akibat cuaca yang tidak sesuai musim.
Kepala serikat Petani Nasional Minette Batters pada Selasamengatakan produksi bahan salad diperkirakan turun ke level terendah sejak pencatatan dimulai pada tahun 1985. Sementara salah satu bos ritel paling berpengalaman di Inggris menyalahkan kekurangan tersebut karena kurangnya dukungan pemerintah mencegah petani domestik menebus hasil panen yang buruk di luar negeri.
Sementara itu, direktur non-eksekutif Marks & Spencer dan CEO Sainsbury's selama satu dekade hingga 2014, Justin King, mengatakan Inggris tergatung impor. Ini karena pemerintah telah memilih untuk tidak membantu petani Inggris dengan tagihan energi mereka.
"Memang ada kekurangan tapi kami lebih suka membawa masalah ini pada diri kami sendiri," katanya kepada radio BBC International. "Kami dapat memilih untuk mensubsidi energi musim dingin ini seperti yang telah kami lakukan untuk industri lain."
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Krisis Inggris Makin Ngeri? Pemerintah Sebar BLT Rp 16,8 Juta