
Pak Jokowi, Ini Jalan Terjal Jika RI Mau Jadi Negara Maju!

- Pemerintah kini tengah berambisi mengangkat derajat Indonesia dari negara berkembang menjadi negara maju.
- Berkali-kali Presiden Jokowi mengatakan bahwa dengan hilirisasi Indonesia bakal menjadi jalan untuk merubah 'nasib' negara kita.
- Lantas apakah dengan hilirisasi saja cukup? Ternyata ada banyak persyaratan yang Indonesia perlu penuhi jika ingin menjadi negara maju.
Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia saat ini tengah berjuang keras untuk mengangkat derajatnya dari negara berkembang menjadi negara maju. Hal ini ditegaskan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) berkali-kali terutama dalam merealisasikan industri hilirisasi yang 'katanya' bakal membawa Negeri ini naik derajat.
Saat ini yang tengah pemerintah tengah membentuk ekosistem yang bakal menjadikan Indonesia 'raja baterai EV' dunia. Ini berkaca pada negeri tetangga seperti Inggris, Taiwan dan Jepang yang sukses melakukan hilirisasi dan berhasil mengangkat derajat negaranya.
Itulah sebabnya Indonesia tak ingin terjebak menjadi negara berpendapatan menengah (middle income trap) karena Indonesia punya potensi untuk berpindah. Lantas apa saja yang harus dipenuhi Indonesia untuk menjadi negara maju? Perlu diketahui negara maju merupakan negara yang punya pertumbuhan ekonomi yang baik, stabil, bahkan meningkat.
Kalau kita lihat ekonomi Indonesia dari tahun ke tahun sebetulnya masih terbuka lebar untuk menjadi negara maju. Lihat saja, pasca dihantam pandemi covid-19 yang menghantam Indonesia sejak Maret 2020 membuat perekonomian jatuh ke jurang krisis.
Akan tetapi, dalam waktu yang tidak terlalu lama, hal itu bisa dikendalikan oleh pemerintah dan mampu pulih sejak pertengahan 2021.
Selain itu, apabila Indonesia ingin mengubah derajatnya menjadi negara maju, berikut persyaratannya.
Pendapatan Per Kapita Harus Tinggi
Menteri Keuangan Sri Mulyani pernah mengatakan ada banyak hal yang harus dilakukan agar Indonesia bisa naik level darimiddle income country(negara berpendapatan menengah) menjadihigh income country(negara berpendapatan tinggi).
Hal itu di antaranya memperbaiki sumber daya manusia, menyediakan infrastruktur yang bagus, dan memperbaiki institusi dan kelembagaan.
Pendapatan per kapita bakal berdampak pada tingkat kemakmuran masyarakatnya. Semakin tinggi pendapatan per kapitanya, maka semakin tinggi tingkat kemiskinannya.
Umumnya, pendapatan per kapita negara maju berada di kisaran US$ 10.000 per tahun atau serta dengan Rp 150 juta per tahun (Kurs Rp 15.000 per US$ 1). Apabila Indonesia bisa menggapai dan melampauinya, maka bisa dikatakan negara maju.
Melihat data CEIC, PDB per kapita Indonesia berada dalam tren yang meningkat jika mengecualikan pandemi Covid-19. Tahun 2022 angkanya sudah berada di US$ 4.783,27 atau setara dengan Rp 71,49 juta per tahun (Kurs Rp 15.000 per US$ 1).
Pendapatan per kapita menjadi penting karena hal itu menunjukkan kemampuan daya beli masyarakat.
Eskpor Terus Meningkat Ketimbang Impor
Negara maju umumnya punya komoditi ekspor yang lebih banyak ketimbang impor. Hal tersebut mencirikan bahwa sebuah negara mampu memproduksi produk ini tentunya seiring dengan kemajuan teknologi dan sumberdaya yang memadai.
Maka, tak heran negara maju bisa memproduksi komoditas unggulannya kemudian di ekspor ke negara lainnya. Inilah yang menjadi harapan Jokowi terhadap hilirisasi yang tengah di upayakan 'mati-matian' saat ini.
Untuk mendorong Indonesia menjadi negara maju, kata Jokowi, Indonesia memiliki bahan mentah dalam pembuatan baterai kendaraan listri atau EV.Di mana kelak, baterai kendaraan listrik ini akan menjadi ekosistem yang dibutuhkan oleh negara-negara lain.
"Karena kita nikel punya, nikel kita memiliki, tembaga kita memiliki, timah kita memiliki, bauksit kita memiliki, karena semua komponen yang dibutuhkan untuk mobil listrik itu ada di Indonesia," ungkap Presiden Jokowi pada Pembukaan Muktamar XVII PP Pemuda Muhammadiyah, Rabu (22/2/2023).
Jika menilik dari Laporan Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan nilai ekspor Indonesia mencapai US$ 22,31 miliar pada Januari 2023. Jika dilihat secara bulanan, nilai tersebut turun 6,36%(month-on-month/mom)dibanding ekspor Desember yang nilainya US$ 23,82 miliar.
Sementara untuk nilai impor juga sejalan. Nilai impor Indonesia tercatat sebesar US$ 18,44 miliar pada Januari 2023 atau turun 7,15%(mom)dibanding Desember 2022 yang nilainya US$ 19,86 miliar.
Industrinya Maju
Merujuk data BPS, rata-rata pertumbuhan industri pengolahan pada era Presiden Jokowi (2015-2022) hanya mencapai 3,3%. Pertumbuhan pada 2020-2022 hanya 2,05%.
Padahal, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024menyebutkan target industri pengolahan pada 2020-2024 ada di angka 6,2-6,5%.
Lagi-lagi industri yang bakal dibangun fokus pada industri pertambangan dan Hilirisasi. Sebagai informasi, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) telah menyusun peta jalan (roadmap) hilirisasi di Indonesia hingga 2040alah satu poin dari peta jalan itu, yakni hilirisasi membutuhkan investasi hingga US$ 545,3 miliar atau setara Rp 8.200 triliun dengan kurs Rp 15.200/US$ sampai tahun 2040.
Adapun 21 komoditas yang ditetapkan Pemerintah Indonesia untuk dilakukan hilirisasi itu, yakni batu bara, nikel, timah, tembaga, bauksit, besi baja, emas perak, aspal, minyak bumi, gas, sawit, kelapa, karet, buofuel, kayu log, getah pinus, udang, perikanan, kepiting, rumput laut, dan garam.
Angka Pengangguran Harus Kecil
Jika ingin menjadi negara maju Indonesia harus menekan angka pengangguran dengan mendorong penyediaan lapangan pekerjaan yang banyak. Negara berkembang dan negara terbelakang pada umumnya memiliki tingkat pengangguran yang besar.
Untuk diketahui, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Agustus 2022 sebesar5,86%, turun sebesar 0,63 persen poin dibandingkan dengan Agustus 2021. Jumlahnya mencapai 8,45 ribu orang dan berada masih berusaha pulih pasca pandemi Covid-19.
Kualitas SDM yang Baik & Terjaminnya Kesehatan Bagi Rakyatnya
Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) bisa kita lihat dari tingkat pendidikan yang terjamin. Ini menjadi syarat menjadi negara mau. Pembiayaan pendidikan di suatu negara harus dapat di jangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.
Kualitas SDM yang cemerlang serta tingkat pendidikan yang baik bakal menciptakan manusia yang unggul dan ahli di bidangnya dan bakal berkontribusi baik untuk kemajuan negaranya.
Berdasarkan data BPS, angka putus sekolah di Indonesia terus mencatatkan penurunan. Untuk menjamin kualitas SDM yang baik angka putus sekolah ini tentunya harus semakin ditekan.
Merujuk pada Badan Pusat Statistik (BPS), Bank Dunia juga menghitung Human Capital Index (HCI) untuk melihat sejauh mana peran pendidikan dan kesehatan terhadap produktivitas ke depannya. Pada tahun 2020, HCI Indonesia sebesar 0,54, berada pada peringkat 96 dari 175 negara.
Perkembangan kualitas SDM Indonesia sangat lambat meskipun pemerintah sudah menaikkan anggaran pendidikan dan kesehatan yang sangat signifikan dalam 10 tahun terakhir.
Sejak 2009, pemerintah telah melakukan pemenuhan mandatory anggaran pendidikan sebesar 20% dari APBN. Anggaran pendidikan pun bengkak150%dari Rp 216,72 triliun pada 2010 menjadi Rp 542,83 triliun pada 2022. Selain itu, anggaran kesehatan juga melonjak dari Rp 29,9 triliun pada 2010 menjadi Rp 255,4 triliun pada 2022.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(aum/aum)