Internasional

7 Update Perang Rusia Ukraina: Putin Muncul, Nuklir & China

Rindi Salsabila Putri, CNBC Indonesia
21 February 2023 21:39
Ukrainian servicemen fire a BM-21 Grad multiple launch rocket system towards Russian positions on a frontline near the town of Marinka, amid Russia's attack on Ukraine, in Donetsk region, Ukraine, February 7, 2023. REUTERS/Marko Djurica     TPX IMAGES OF THE DAY
Foto: REUTERS/MARKO DJURICA

Jakarta, CNBC IndonesiaKabar terbaru, Presiden Rusia Vladimir Putin kembali muncul di hadapan publik memberi pidato kenegaraan. Ia memberikan penilaian terkait 'Operasi Militer Khusus' Rusia di Ukraina.

Berikut tujuh update menjelang satu tahun perang Rusia dan Ukraina, dikutip dari CNBC International, Selasa (21/2/2023).

1.Putin Muncul, Tuduh Ukraina dan Barat Provokasi Konflik

Putin memberikan penilaian terkait 'Operasi Militer Khusus' Moskow di Ukraina Selasa. Ia menuduh Ukraina dan Barat memprovokasi konflik dengan "perluasan" NATO dan pemberian sistem anti roket baru dari Eropa.

"Mereka memulai perang dan kami menggunakan kekuatan untuk menghentikannya," kata Putin menurut terjemahan pidato di Moskow, dikutip Selasa (21/2/2023).

Putin juga menyebutkan bahwa Barat telah menghukum diri mereka sendiri melalui sederet sanksi yang dijatuhkan kepada Rusia. Ia mengatakan bahwa Barat "tidak mencapai kesuksesan" dalam "agresi" militer dan ekonominya melawan Rusia.

"Para pembuat sanksi menghukum diri mereka sendiri. Mereka memprovokasi pertumbuhan harga di negara mereka sendiri, penutupan pabrik, jatuhnya sektor energi. Mereka memberi tahu warganya bahwa Rusia yang harus disalahkan," kata Putin.

Putin juga mengatakan, sanksi tersebut merupakan upaya untuk membuat masyarakat Rusia tidak stabil, tetapi dia bersikeras bahwa ekonominya tetap kuat. Dia menambahkan bahwa Rusia memiliki semua sumber daya keuangan yang diperlukan untuk menjamin keamanan dan pembangunan nasionalnya.

"Sanksi hanyalah sarana, tetapi tujuannya seperti yang dikatakan Barat dan saya katakan langsung untuk memaksa warga negara kita menderita. Mereka mencoba menggoyahkan masyarakat kita dari dalam, tetapi upaya mereka tidak dibenarkan dan tidak berhasil," katanya.

Pidato itu diutarakan saat timpalannya Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden mendadak berkunjung ke ibu kota Ukraina, Kyiv, untuk bertemu dengan Presiden Volodymyr Zelenskyy. Selama kunjungan tersebut, Biden berjanji akan mengirimkan paket baru bantuan AS ke Ukraina senilai $500 juta, meliputi amunisi artileri, sistem anti-lapis baja, dan radar pengawasan udara.

2.Rusia Tangguhkan Sisa Perjanjian Nuklir dengan AS

Di kesempatan sama, Putin mengatakan bahwa Rusia menangguhkan partisipasinya dalam perjanjian START terbaru dengan AS. Pernjanian ini sebelumnya membatasi pengembangan persenjataan nuklir strategis kedua pihak. 

"Dalam hal ini, hari ini saya terpaksa mengumumkan bahwa Rusia menangguhkan keikutsertaannya dalam perjanjian senjata ofensif strategis," kata Putin kepada anggota parlemen menjelang akhir pidato besar di parlemen.

Perjanjian START terbaru itu ditandatangani di Praha pada tahun 2010 dan mulai berlaku pada tahun berikutnya. Ini kemudian diperpanjang pada tahun 2021 selama lima tahun lagi tepat setelah Joe Biden menjabat sebagai presiden AS.

Perjanjian itu membatasi jumlah hulu ledak nuklir strategis yang dapat dikerahkan AS dan Rusia. Termasuk penyebaran rudal, pembom berbasis darat, dan kapal selam untuk mengirimkannya.

Menurut para ahli, Rusia memiliki persediaan senjata nuklir terbesar di dunia dengan hampir 6.000 hulu ledak. Dilaporkan, Rusia dan Amerika Serikat memiliki sekitar 90 persen hulu ledak nuklir dunia.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken mengatakan bahwa keputusan Rusia sangat disayangkan. Ia pun menyebutnya tidak bertanggung jawab.

"Pengumuman oleh Rusia bahwa mereka menangguhkan partisipasi sangat disayangkan dan tidak bertanggung jawab," kata Blinken kepada wartawan di Athena.

"Kami akan mengawasi dengan cermat untuk melihat apa yang sebenarnya dilakukan Rusia. Kami tentu saja akan memastikan bahwa dalam hal apa pun, kami berada dalam posisi yang tepat untuk keamanan negara kami sendiri dan sekutu kami," tambahnya.

3. Lebih dari 8 Ribu Warga Sipil Tewas

Dalam update hari ini, Kantor Hak Asasi Manusia (HAM) Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) telah mencatat 8.006 warga sipil tewas dan 13.287 lainnya terluka sejak Rusia meluncurkan invasinya ke Ukraina pada tahun lalu. Kepala Misi Pemantauan HAM PBB di Ukraina, Matilda bogner mengatakan, angka sebenarnya di lapangan mungkin jauh lebih tinggi daripada catatan PBB.

4. Oligarki Pengkhianat

Putin menyebutkan bahwa sebagian besar rekan oligarkinya adalah pengkhianat Rusia. Ia mengklaim, para pebisnis elit sekarang membayar harga untuk mengambil keuntungan dari dari pengaruh Barat dan liberalisasi pasar keuangan setelah jatuhnya Uni Soviet untuk memindahkan kekayaan ke luar negeri.

"Alih-alih menciptakan lapangan kerja di sini, modal ini dihabiskan untuk membeli real estat elit, kapal pesiar," katanya.

"Beberapa datang ke Rusia ... tetapi gelombang pertama dihabiskan untuk mengonsumsi barang-barang Barat."

Putin mengatakan, sanksi yang dijatuhkan terhadap banyak pebisnis Rusia setelah "operasi militer khusus" ala Rusia di Ukraina menunjukkan bahwa Barat bukanlah tempat perlindungan.

"Mereka melihat Rusia hanya sebagai sumber pendapatan dan berencana untuk tinggal di luar negeri, mereka melihat bahwa mereka baru saja dirampok di Barat," lanjutnya.

"Tidak ada warga biasa di negara ini yang menyesali mereka yang kehilangan banyak rekening bank di Barat," tambahnya.

5.China Beri Warning

Menteri Luar Negeri China, Qin Gang meminta sejumlah negara tertentu untuk berhenti ikut campur atas konflik Rusia dan Ukraina. Ia mengaku, negaranya khawatir konflik di Ukraina akan semakin parah hingga lepas kendali.

"Kami mendesak negara-negara tertentu untuk segera berhenti 'mengobarkan api'," tegas Gang dalam pidatonya di Beijing.

Imbauan tersebut muncul ketika AS memperingatkan China agar tidak memberikan dukungan militer kepada Rusia. Padahal pemerintah China menilai bahwa mereka tidak melakukannya.

Dilaporkan, Presiden China Xi Jinping diperkirakan akan menyampaikan 'pidato damai pada Jumat (24/2/2023) mendatang. Ini tepat pada peringatan satu tahun invasi Rusia ke Ukraina.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Perang Berlanjut! Rusia Kirim Rudal ke Ukraina, Listrik Langsung Padam

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular