China Bikin Dunia Berubah Drastis, RI Untung atau Buntung?

Tim Redaksi, CNBC Indonesia
21 February 2023 16:40
RI Ketiban Durian Runtuh di KTT G20 Bali, Nih Rinciannya!
Foto: Infografis/ RI Ketiban Durian Runtuh di KTT G20 Bali, Nih Rinciannya!/ Ilham Restu

Jakarta, CNBC Indonesia - Pembukaan ekonomi di China pasca tiga tahun memberlakukan zero Covid-19 dengan melakukan lockdown, diperkirakan akan membuat harga komoditas kembali naik.

Apakah ini juga akan membuat Indonesia kembali kecipratan durian runtuh dari harga komoditas?

Senior Ekonom BCA Lazuardin Thariq Hamzah dan Barra Kukuh Mamia menjelaskan pembukaan kembali ekonomi China akan membuat harga komoditas kembali naik, yang dapat mendorong pertumbuhan di negara-negara seperti di Indonesia.

Kendati demikian, hal itu masih hanya sebatas spekulasi. Salah satu hal yang harus diwaspadai dari dibukanya kembali ekonomi di China, justru adalah kenaikan harga minyak mentah dunia.

"Dampak pembukaan kembali ekonomi China lebih terlihat pada harga minyak, dengan harga komoditas energi lainnya seperti batubara dan gas terus mengalami tren penurunan, meskipun kasus Covid-19 berkurang di China," jelas Lazuardin dan Barra dalam riset terbarunya, dikutip Selasa (21/2/2023).

Dibukanya kembali ekonomi di China mungkin akan menjadi babak baru bagi Negeri Tirai Bambu ini untuk mendiversifikasi bauran energinya, membatasi ketergantungan negara pada beberapa komoditas.

Kisah lain yang lebih suram, kata Lazuardin dan Barra, adalah mereka yang berada di pasar energi justru akan menelan kekecewaan dengan adanya pertumbuhan China 2023.

"Karena aksi harga lebih ditentukan oleh kejutan sisi penawaran dari Australia daripada oleh antisipasi lonjakan permintaan dari China sendiri," ujarnya.

Adapun prospek pertumbuhan permintaan komoditas energi China pada 2023, mungkin masih signifikan, terutama jika konsumen domestik dan global terus membeli. Sehingga produsen China dapat memulai kembali kegiatan produktif mereka dalam skala penuh.

Namun, kemungkinan jika konsumen China tetap tidak mau membeli, juga menjadi salah satu yang harus diperhitungkan.

"Terlepas dari sikap skeptis tersebut, membaiknya kegiatan ekonomi di China masih menjadi kabar baik bagi perekonomian Indonesia," jelas Lazuardin dan Barra.

Ekspor besi dan baja Indonesia ke China adalah salah satu kisah sukses yang paling nyata dari kebijakan hilirisasi mineral pemerintah, dengan ekspor ke China mencapai US$ 1,82 miliar pada Mei 2022, meskipun saat itu China tengah berlangsung krisis properti dan ketidakpastian akibat pandemi terus membayangi.

Ketergantungan China yang meningkat pada baja impor, mungkin merupakan produk dari kebijakan untuk mengubah kapasitas industri China untuk menangkap lebih banyak sektor berteknologi tinggi dan bernilai tambah lebih tinggi.

"Pulihnya prospek ekonomi di China akan menempatkan pabrikan baja Indonesia di tengah panggung pertumbuhan," jelas Lazuardin dan Barra.

Seperti diketahui, Indonesia ketiban 'durian runtuh' atau windfall profit terlihat pada realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), yang mencapai Rp 588,3 triliun pada 2022.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menuturkan bahwa realisasi ini mencapai 122,2% dari target yang dipatok di dalam Perpres 98/2022.

Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), transaksi perdagangan Indonesia dan China pada 2022 mencatatkan defisit sebesar US$ 3,61 miliar, terbesar pada komoditas mesin-mesin/pesawat mekanik, mesin/peralatan listrik, serta plastik dan barang dari plastik.


(cap/cap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Duaarrrrr! Tetangga RI Dapat Rezeki 'Nomplok' dari China

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular