Bukti Perang Jadi Senjata Makan Tuan, Ekonomi Rusia Ambles
Jakarta, CNBC Indonesia - Ekonomi Rusia menyusut 2,1% pada 2022. Penurunan terjadi akibat rentetan sanksi Barat atas invasi Moskow di Ukraina.
Menurut data badan statistik pemerintah Rosstat pada Senin (20/2/2023) yang dikutip AFP, angka tersebut sedikit di atas perkiraan kontraksi 2,9% oleh Kementerian Pembangunan Ekonomi pada September 2022. Adapun, bank sentral sebelumnya memproyeksikan kontraksi hingga 3%.
"Kontraksi 2,1% dalam PDB Rusia pada tahun 2022 lebih kecil dari yang diharapkan dan konsisten dengan ekspansi pada kuartal keempat, memberikan bukti lebih lanjut yang menunjukkan bahwa ekonomi stabil setelah pukulan awal dari sanksi pada kuartal kedua," kata Liam Peach di Capital Economics.
"Meski begitu, momentum dalam ekonomi Rusia tetap lemah dan, dengan angin sakal untuk membangun aktivitas, kemungkinan akan memakan waktu hingga akhir tahun ini sebelum Rusia memulai pemulihan berkelanjutan," tambahnya.
Angka Rosstat juga lebih baik daripada proyeksi 2,5% yang diutarakan oleh Presiden Vladimir Putin sebulan lalu, dan jauh dari perkiraan 'apokaliptik' ketika negara-negara Barat pertama kali mulai menjatuhkan sanksi terhadap Rusia setelah perang.
Dana Moneter Internasional (IMF) juga mengatakan pada akhir Januari pihaknya memperkirakan kontraksi 2,2% daripada penurunan 3,4% seperti yang diperkirakan sebelumnya. Badan ini memperkirakan Rusia akan mencetak pertumbuhan yang sedikit positif pada 2023.
Sementara itu, banyak analis mempertanyakan keandalan statistik Rusia mengingat makin kurangnya transparansi sejak invasi.
Gubernur Bank Rusia, Elvira Nabiullina, memperkirakan ekonomi akan kembali tumbuh pada pertengahan tahun ini. Dia memberikan kisaran -1% hingga 1% persen untuk PDB tahun ini.
(luc/luc)