Sri Mulyani Bicara Imperialisme Gaya Baru, Bisa Bawa Petaka

Martyasari Rizky, CNBC Indonesia
18 February 2023 10:18
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam MSC 2023: Geopolitics of the Green Transition
Foto: Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam MSC 2023: Geopolitics of the Green Transition. (Tangkapan layar YouTube Munich Security Conference)

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan bahaya climate imperialism atau imperialisme iklim. Artinya, kebijakan iklim hanya didikte oleh beberapa negara saja.

Sebagaimana diketahui, imperialisme adalah saat sebuah negara melakukan politik untuk menguasai negara lain secara paksa.

"Namun, dalam bencana iklim ini, saya kira tidak ada negara yang bisa bersembunyi dan bisa melindungi diri mereka sendiri. Jadi, pertanyaannya adalah apakah Anda akan mewarisi kerusakan atau bahaya bagi generasi berikutnya, yang menurut saya juga dapat kita hitung, dan tidak ada negara dan negara miskin yang pasti akan menjadi lebih miskin, lebih rentan," kata Sri Mulyani dalam MSC 2023: Geopolitics of the Green Transition di Jerman, Jumat (17/2/2023).

Sri Mulyani mengatakan, imperialisme iklim akan menciptakan ketegangan geopolitik lain, atau bisa juga dikatakan sebagai kebalikan dari banyak kemajuan yang sedang dibuat.

"Saya setuju dalam hal ini bahwa setiap pertemuan COP kita perlu menciptakan optimisme sense of progress itu ada, karena jika tidak, maka tidak ada forum lain yang sebenarnya bisa kita dapatkan kesepakatan secara global," ujarnya.

Dia mengatakan, jika seluruh dunia tidak dapat menghindari kenaikan 1,5 derajat celcius yang, maka dunia akan berada di situasi yang jauh lebih buruk dan dalam posisi berbahaya.

"Bahkan dengan narasi semacam itu, Anda tidak dapat memindahkan sebagian besar negara di dunia karena mereka mengatakan itu dalam jangka panjang. Kita semua mati," tuturnya.

Oleh sebab itu, Sri Mulyani mengatakan bahwa masalah perubahan iklim adalah hal mendesak yang harus diselesaikan. Pembahasan tersebut mencakup tentang makanan, tempat tinggal, sampai dengan energi.

"Tekanan kelompok akan menjadi bagus. Yang tidak kita inginkan adalah tekanan ini dianggap sebagai imperialisme baru. Itulah mengapa banyak diskusi di antara para pembuat kebijakan, sektor swasta dan bahkan masyarakat sipil, akan menjadi sangat kritis, dan itu akan menciptakan lebih banyak kepercayaan sehingga kita dapat membuat solusi yang konkret," ujarnya.


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sri Mulyani: Hadapi Perubahan Iklim Tak Bisa Tanpa Pendanaan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular