
Menteri ESDM Sebut Gak Semua Daerah RI Kelebihan Listrik

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengungkapkan meski beberapa daerah di Indonesia mengalami kelebihan pasokan listrik, namun di sisi lain masih ada juga daerah yang kekurangan pasokan listrik.
Arifin mengaku, saat ini pihaknya masih mengevaluasi beberapa wilayah di Indonesia yang mengalami permasalahan tersebut.
"Ya jadi, kalau memang tiap-tiap wilayah di kita banyak yang kurang (pasokan listrik) dan ada yang lebih, ini kita sekarang mengevaluasi," ungkap Arifin saat ditemui di Gedung Kementerian ESDM, Jumat (17/2/2023).
Arifin mengungkapkan salah satu cara dalam mengatasi isu kekurangan listrik di tengah kelebihan pasokan listrik di beberapa wilayah lainnya adalah dengan mentransmisikan listrik dengan kabel dari satu daerah ke daerah lainnya.
Dia mengungkapkan, daerah yang mengalami kelebihan pasokan listrik yakni Pulau Jawa, sedangkan beberapa daerah di Sumatera masih mengalami kekurangan pasokan listrik, seperti Sumatera Utara dan Sumatera Selatan.
"Bagaimana caranya, salah satunya adalah kita harus pasang transmisi dari yang lebih kirim ke yang kurang, contohnya Jawa kelebihan bisa kirim ke Sumatera, bisa, tapi kabelnya nggak ada, (harus) pasang kabel," tambahnya.
Selain itu, Arifin juga mengatakan bahwa ada ketidakseimbangan margin pasokan listrik antara wilayah Sumatera Utara dengan Sumatera Selatan.
"Antara Sumatera, antara Selatan dan Utara nggak seimbang, yang utara pas-pasan kalau marginnya kan mustinya 30%, ternyata di sana marginnya 1%. Ini harus menjadi perhatian kita bagaimana bisa nyambung dari Selatan ke Utara," jelasnya.
Dia menyayangkan, pembangunan pembangkit listrik terus dilakukan tapi Indonesia melupakan bagaimana mentransmisikan listrik tersebut ke seluruh wilayah Indonesia.
"Memang kita bangun pembangkit (listrik), tapi kita lupa transmisinya," ucap Arifin.
Kementerian ESDM mencatat, kelebihan pasokan listrik di Tanah Air mencapai 40% atau sekitar 6 Giga Watt (GW). Kelebihan pasokan listrik ini yakni selisih antara beban konsumsi tertinggi dengan kapasitas terpasang pembangkit listrik yang ada.
Hal tersebut disebutkan terjadi karena adanya ketidaksinkronan atau mismatch antara proyeksi permintaan dan realisasi permintaan listrik saat ini.
Sebelumnya, Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa mengatakan, kondisi kelebihan pasokan listrik yang terjadi merupakan imbas adanya ketidaksinkronan antara target program Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) 35.000 Mega Watt (MW) dan realisasi pertumbuhan konsumsi listrik.
Ditambah lagi, permintaan listrik selama beberapa tahun belakangan ini tidak pernah tumbuh di atas 5%.
"Karena memang ada mismatch antara proyeksi permintaan menjadi basis perencanaan 35 GW dengan realisasi. Nah ini bukan hal baru kalau kita lihat sejak 2015 sampai 2020 sebelum pandemi, sebenarnya permintaan listrik kita nggak pernah tumbuh di atas 5%," kata dia dalam acara Energy Corner CNBC Indonesia, Senin (6/2/2023).
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Listrik Luber! RI Anti Gelap Gulita