Internasional

Nasib Kekuasaan Vladimir Putin di Rusia Tak Pasti, Ada Apa?

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
17 February 2023 20:00
Presiden Rusia Vladimir Putin meletakkan bunga pada peringatan Kota Pahlawan selama upacara peletakan karangan bunga di Makam Prajurit Tak Dikenal di Taman Alexandrovsky dekat tembok Kremlin di Moskow pada 22 Juni 2022 untuk mengenang mereka yang kehilangan nyawa karena mempertahankan Uni Soviet melawan penjajah Nazi 81 tahun yang lalu. - Rusia menandai Hari Kenangan dan Kesedihan pada 22 Juni. (MIKHAIL METZEL/SPUTNIK/AFP via Getty Images)
Foto: Presiden Rusia Vladimir Putin. (SPUTNIK/AFP via Getty Images/MIKHAIL METZEL)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nasib kekuasaan Presiden Rusia Vladimir Putin kini tak pasti akibat perang yang dilakukannya dengan Ukraina. Hal ini dikatakan seorang pejabat Barat, menjelang peringatan satu tahun invasi Kremlin ke tetangganya 24 Februari.

Ia merujuk beberapa elit Rusia yang khawatir perang akan berlarut-larut, semakin menguras nyawa dan sumber daya. Harapan Putin untuk memoles reputasinya di Rusia telah pupus.

Hal ini merujuk pemilu presiden yang akan berlangsung 2024. Meski Putin berada dalam lanskap politik yang jauh lebih mapan sejak 2020 akibat perubahan konstitusi yang memungkinkannya mencalonkan kembali, bisa saja perubahan terjadi.

"Orang-orang berbicara tentang suksesi ... Tapi apa yang tidak ada, di tempat seperti Rusia, adalah jalur yang jelas untuk perubahan," kata pejabat Barat itu kepada wartawan, dikutip Reuters, Jumat (17/2/2023).

"Tapi, saya pikir memang (kepemimpinan Putin) jauh lebih tidak pasti sekarang. Meski saya tidak mengatakan bahwa akan ada perubahan dalam waktu dekat."

Perang Rusia-Ukraina Bisa Sampai 20 Tahun?

Sementara itu, perang Rusia dan Ukraina disebut bisa memakan waktu sangat lama. Selama Putin berkuasa, perang disebut bisa sampai 20 tahun.

Hal ini setidaknya dikatakan analis politik dan sosiolog perang Rusia, Grigory Yudin. Ini terkait kampanye besar-besaran yang dilakukan rezim saat ini, yang diklaimnya sangat sentimen pada militer dn patriotisme.

"Cara hidup militer akan bertahan selama Putin dan timnya berada di Kremlin," katanya dikutip AFP.

"Jika mereka tinggal di sana selama 20 tahun, maka Rusia akan berperang selama 20 tahun," tambahnya.

Menurutnya Rusia di zaman Putin memang tengah mempersiapkan diri untuk "perang eksistensial yang besar". Sistem pendidikan, kata dia, sedang dimanfaatkan untuk mencapai tujuan itu.

"Kita berbicara tentang transformasi pendidikan yang radikal dan lengkap untuk memobilisasi pemuda Rusia untuk perang," tegas Yudin.

"Saat ini pendidikan (Rusia) memiliki dua fungsi, propaganda dan pelatihan militer dasar," ujarnya.

Ini terlihat dari munculnya kelas patriotisme. Dalam bahasa Inggris disebut "Important Conversation".

Pelanjarannya menggabungkan revisionisme Perang Dunia II (PD2), nilai-nilai Rusia, dan narasi Kremlin tentang pasukan Moskow yang "melindungi" rekan senegaranya di Ukraina. Sekolah juga wajib memutar lagu kebangsaan dan mengibarkan bendera setiap awal minggu.

Sejak September, Kementerian Pendidikan Rusia juga memperkenalkan semacam ekstrakulikuler penanganan senapan serbu dan granat di sekolah menengah dan universitas. Di seluruh Rusia, anak sekolah juga didorong untuk mengirim surat kepada tentara Rusia di Ukraina dan membuat jaring kamuflase serta lilin untuk parit.

Kampanye besar-besaran pemerintah untuk meningkatkan patriotisme dalam masyarakat juga menargetkan orang dewasa. Papan reklame yang memanggil tentara Rusia dan huruf Z, simbol serangan Moskow, ada di mana-mana di seluruh negeri.

Putin telah memerintahkan pemutaran bioskop film dokumenter yang didedikasikan untuk serangan di Ukraina. Jurnalis militer yang bekerja untuk media pemerintah juga mendapatkan status selebritas, bahkan dipilih untuk duduk di dewan hak asasi manusia Kremlin.

Gereja juga disebut Yudin tak lupus dari promosi kampanye. Gereja Ortodoks membangun kebanggaan tentang tentara yang berperang.

Ini diperkuat dengan khotbah Kepala Gereja Ortodoks Rusia, Patriark Kirill. Saat Putin mengumumkan wajib militer sebagian ke warga pria Rusia intuí menjadi tentara cadangan perang, ia menyebut kematian di Ukraina menghapus segala dosa.

"Ada pemuliaan perang dan unsur kultus pada kematian," kata Yudin lagi.

Menurut peneliti senior di Carnegie Endowment for International Peace, Andrei Kolesnikov, perkembangan ini menunjukkan bahwa Rusia perlahan kembali ke totalitarianisme. Logika Kremlin, kata Kolesnikov merujuk ke "generasi mendatang harus patuh melaksanakan kehendak negara".

"Ini bukan lagi hanya negara otoriter," dia memperingatkan.

Seorang pendukung Putin Nikolai Karputkin mengatakan dirinya mendukung "operasi militer khusus" di Ukraina. "Operasi militer" merupakan frasa resmi Kremlin untuk konflik tersebut.

"Kami berperang dengan Barat, dengan nilai-nilai Barat, yang mereka coba terapkan pada kami," katanya.

"Kita harus meningkatkan patriotisme. Ini adalah hal yang baik," ujar pria 39 tahun itu.

"Kita harus mempertahankan nilai-nilai tradisional dan kedaulatan tanah air kita."


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Vladimir Putin 'Kritis' di Ukraina, 4 Bukti Rusia Ketar-Ketir

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular