Ada Balon China di AS & UFO di Kanada, RI Malah Deg-degan!

Arrijal Rachman, CNBC Indonesia
17 February 2023 13:50
Sebuah balon terbang di langit di atas Billings, Montana, AS. 1 Februari 2023, dalam gambar ini diperoleh dari media sosial. (Chase Doak/via REUTERS)
Foto: Sebuah balon terbang di langit di atas Billings, Montana, AS. 1 Februari 2023, dalam gambar ini diperoleh dari media sosial. (Chase Doak via REUTERS/Chase Doak)

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketegangan geopolitik yang terjadi di sejumlah wilayah antarnegara membuat pemerintah Indonesia ikut waspada. Ini karena konflik tersebut turut menekan aktivitas perekonomian global.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto berujar, selain konflik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina, ketegangan geopolitik juga kembali meningkat setelah munculnya balon mata-mata di langit Amerika Serikat dan Kanada.

"Tensi geopolitik kita lihat Rusia Ukraina belum selesai. Terakhir ada insiden balon di AS dan untuk pertama kali AS dan Kanada mengumumkan ada UFO atau objek tertentu, nah ini objek teknologi yang perlu diantisipasi," ucap dia saat Pidato Ilmiah di UGM secara daring, Jumat (17/2/2023).

"Dan tensi di antara Laut China selatan antara China dan Taiwan diperkirakan akan terekskalasi," ungkap Airlangga.

Sebagai informasi, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden juga telah menyebut adanya tiga objek udara tak berawak atau UFO yang ditembak jatuh oleh militer AS. Namun objek itu tidak terhubung dengan balon pengintai besar China yang ditembak jatuh pada 4 Februari lalu.

Balon pengintai China yang besar pertama kali terdeteksi di wilayah udara Amerika di lepas pantai Alaska pada 28 Januari, dan ditembak jatuh pada 4 Februari di wilayah udara AS di lepas pantai Carolina Selatan.

Kurang dari seminggu setelah balon mata-mata dihancurkan, yang pertama dari tiga objek lainnya diturunkan di perairan di atas Samudra Arktik pada Jumat. Seukuran mobil kecil dan melayang di ketinggian 40.000 kaki, benda ini jauh lebih kecil dari balon China.

Sehari kemudian, sebuah balon dengan ukuran dan ketinggian yang sama ditembak jatuh di atas Yukon Kanada. Objek terapung ketiga sedikit lebih kecil dan mengambang hanya pada ketinggian 20.000 kaki ketika dibawa keluar dari Danau Huron pada Minggu.

Munculnya persoalan itu menurut Airlangga menjadi salah satu penyebab masih kuatnya ketidakpastian ekonomi global pada 2023. Berakibat pada hampir tersentuhnya titik terendah pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun ini dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Mengutip prediksi Bank Dunia, Airlangga mengatakan, ekonomi dunia pada 2023 hanya akan menyentuh level 1,7% jauh lebih rendah dari perkiraan pertumbuhan pada 2022 yang sebesar 2,9% dan realisasi pada 2021 yang sebesar 5,71%. Namun pada 2024, ekonomi diperkirakan bergerak naik ke level 2,7%

"Ketidakpastian atau perlambatan masih akan tetap terjadi. Prediksi Bank Dunia pertumbuhan ekonomi dunia pada 2023 hanya 1,7% dan risiko ekonomi global, inflasi global, dan tensi geopolitik," tuturnya.

Dengan adanya perkiraan itu, ia menganggap ekonomi dunia kini mulai mendekati titik terendahnya. Tekanan inflasi global pun menurut dia tidak setinggi 2022 yang diperkirakan 8,8% namun hanya di kisaran 6,6% meski masih tinggi dari catatan 2020 sebesar 1,9%.

"Jadi saat ini kondisi ekonomi global mulai mendekati titik terendah, inflasi mulai terkendali, kenaikan suku bunga hampir mencapai puncak, dan harga energi tidak setinggi perkiraan semula karena iklim lebih hangat dibanding perkiraan dan sementara terjadi kebijakan zero covid di Tiongkok," ujar Airlangga.


(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Potret Terkini Jepang Terancam Resesi, Ekonomi Kontraksi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular