Soal Resesi, Chatib Basri Sebut Nasib RI Kayak di Piala Dunia

Arrijal Rachman, CNBC Indonesia
17 February 2023 07:10
M. Chatib Basri, Presiden Commisioner PT Bank Mandiri (Persero) Tbk dalam acara BSI Global Islamic Finance Summit 2023 hari ke 2 pada (16/2/2023). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: M. Chatib Basri, Presiden Commisioner PT Bank Mandiri (Persero) Tbk dalam acara BSI Global Islamic Finance Summit 2023 hari ke 2 pada (16/2/2023). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Mantan Menteri Keuangan Chatib Basri menilai, potensi besar resesi global yang akan terjadi pada 2023 semakin terlihat di depan mata. Namun, dampaknya bagi Indonesia, tidak akan besar hingga membuat Indonesia ikut-ikutan resesi.

Chatib mengatakan, ini karena perekonomian Indonesia tidak terlalu terintegrasi dengan aktivitas ekonomi global, ditandai dengan porsi ekspor terhadap produk domestik brutonya yang hanya sebesar 25%, jauh di bawah Singapura yang sampai 180%.

"Karena share ekspor kita ke GDP, saya melihat ekonomi kita tidak akan mengalami resesi karena efeknya terbatas. Mungkin growth 4,5-5%, tidak terlalu buruk," ucap Chatib dalam acara Bank Syariah Indonesia Global Islamic Finance Summit 2023, Kamis (16/2/2023).

Karena itu, Chatib mengumpamakan, dampak resesi itu seperti saat terselenggaranya Piala Dunia. Indonesia tidak akan pernah merasakan kekalahan dalam ajang puncak pesta bola antar negara itu, karena memang Indonesia tidak masuk ke dalam kontestasinya.

"Jadi betapa beruntungnya Indonesia tidak kalah di Piala Dunia karena memang kita tidak ikut. Jadi dengan analogi ini kalau ada risiko dari global maka negara yang less integrated dengan global pasti efeknya terbatas," ungkap Chatib.

"Indonesia share dari ekspor ke GDP hanya 25%. Jadi kalau terjadi negative spillover dari global maka ekspor kita paling parah turun 25%. Ini yang terjadi saat global financial crisis" ujar dia.

Oleh sebab itu, dia meyakini pada 2023 Indonesia masih mampu menjaga pertumbuhan ekonominya di kisaran 4,5-5 meskipun perekonomian global tumbuhnya hanya akan berada di kisaran 2,9%. Bahkan, ekonomi Indonesia pada tahun ini diperkirakannya mampu mengalahkan Singapura.

"Tahun 2023 adalah periode kita bisa bicara dengan Singapura bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih baik dari Singapura. Alasannya share ekspor ke GDP Singapura itu 180%, jadi ketika global collapse pasti ekonomi Singapura akan jatuh lebih parah dibanding kita," tutur Chatib.

Kendati begitu, ia mengingatkan, ini tidak selamanya memberikan dampak positif bagi perekonomian Tanah Air, sebab ketika nantinya perekonomian global pulih, Indonesia tidak akan banyak menikmati kenaikan itu sehingga pemulihan ekonominya juga terbilang lambat.

"Ketika ekonomi global recover pemulihan ekonomi Indonesia berlangsung lebih panjang dengan negara lain. Ini yang menjelaskan pada 2022 kita tumbuh baik 5,3% tapi kita tumbuh di bawah Filipina dan Vietnam, yang lebih terintegrasi dengan ekonomi global," ucapnya.

Dengan melambatnya perekonomian global yang berimplikasi pada anjloknya harga-harga komoditas, sebetulnya kinerja ekspor Indonesia menurut Chatib juga terlihat melemah, sebagaimana pengumuman Badan Pusat Statistik (BPS) kemarin untuk kinerja ekspor-impor Januari 2023.

"60% dari ekspor kita energy commodity relate. Jadi kalau harga batubara, dan sudah terjadi, 25% harga batu bara turun, nikel sudah mulai melambat, maka ekspor kita tidak akan setinggi 2022 dan ini tercermin pada angka yang diumumkan BPS kemarin," kata Chatib.


(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Resesi Global 2023, RI 'Ketularan' Atau Tidak?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular