
Awas Erdogan, Malapetaka Baru Ancam Turki Pasca Gempa

Jakarta, CNBC Indonesia - Gempa yang melanda Turki pada pekan lalu masih menyimpan dampak lanjutan yang serius. Ini terkait kondisi warga yang tinggal di pengungsian.
Dalam laporan Reuters, Rabu (15/2/2023), salah satu warga bernama Mohammad Emin masih tertutupi abu reruntuhan. Ia mengaku sedang menunggu sedang menunggu pasokan air bersih untuk mandi.
"Kami belum bisa membilas sejak gempa," kata mahasiswa desain grafis berusia 21 tahun itu, sambil membawa obat flu dari klinik stadion terbuka yang berfungsi sebagai kamp pengungsi di kota Kahramanmaras.
"Tidak ada pancuran di atau dekat kamp dan enam toilet di stadion tidak cukup untuk memenuhi permintaan."
Serupa, warga lainnya bernama Arif Kirici mengatakan dia tidak bisa mandi atau mengganti pakaian. Ia menyebut hal ini banyak dialami warga lainya.
Dengan sebagian besar infrastruktur sanitasi di kawasan itu rusak akibat dua gempa bumi berkekuatan 7,8 dan 7,6 lalu, otoritas kesehatan Turki menghadapi tugas berat dalam upaya memastikan bahwa para penyintas, kebanyakan tunawisma, tetap bebas penyakit.
Namun gangguan air bersih menjadi salah satu yang serius. Perwakilan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di Turki, Batyr Berdyklychev, mengatakan kekurangan air 'meningkatkan risiko penyakit yang ditularkan melalui air dan wabah penyakit menular'.
"WHO bekerja sama dengan otoritas lokal untuk meningkatkan pemantauan penyakit yang ditularkan melalui air, influenza musiman, dan Covid-19 di antara mereka yang mengungsi," tambahnya.
Sebelumnya, WHO telah memperingatkan tentang krisis kesehatan sekunder yang mengancam Turki dan Suriah setelah gempa dahsyat, yang bisa lebih buruk daripada gempa itu sendiri.
WHO mengatakan ada perlombaan melawan waktu untuk menyelamatkan nyawa dan memastikan korban selamat tetap hidup dalam keadaan yang baik.
Robert Holden, manajer insiden tanggap gempa WHO, mengatakan fokus langsungnya adalah menyelamatkan nyawa, tetapi menegaskan bahwa "penting untuk memastikan bahwa mereka yang selamat dari bencana awal... terus bertahan".
"Kami memiliki banyak orang yang selamat sekarang di tempat terbuka, dalam kondisi yang memburuk dan mengerikan," jelasnya, dilansir AFP.
"Kami berada dalam bahaya nyata melihat bencana sekunder yang dapat membahayakan lebih banyak orang daripada bencana awal jika kami tidak bergerak dengan kecepatan dan intensitas yang sama seperti yang kami lakukan dalam pencarian dan penyelamatan," tuturnya.
"Ini bukan tugas yang mudah... Skala operasinya sangat besar."
Adapun, badai musim dingin menambah kesengsaraan dengan membuat banyak jalan yang telah rusak oleh gempa hampir tidak bisa dilewati.
Adelheid Marschang, petugas darurat senior WHO, menjelaskan risiko yang mungkin dihadapi para penyintas.
Dia mengatakan ada "kekhawatiran yang jelas" bahwa "risiko kesehatan yang mendasari kemungkinan akan diperburuk" setelahnya.
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article WHO: Korban Jiwa Gempa Turki Bisa Tembus 20.000 Orang