Apa Kabar Pemulihan Ekonomi China? Begini Perkembangannya
Jakarta, CNBC Indonesia - Pemulihan ekonomi China pasca pandemi Covid-19 dimulai dengan awal yang sederhana. Kini sebagian besar pekerja migran telah kembali bekerja setelah liburan terbesar di negara tersebut, dan anak-anak kembali ke sekolah pekan ini.
Namun, data awal menunjukkan pertumbuhan keseluruhan belum pulih di semua bagian, meski China telah mengakhiri pengendalian ketat nol-Covid-nya pada awal Desember 2022 lalu.
Misalnya, data pinjaman resmi menunjukkan pertumbuhan pinjaman untuk bisnis pada Januari 2023 secara tahunan. Namun, hasil sebaliknya terjadi untuk rumah tangga.
"Data beragam mengirim pesan yang jelas bahwa pasar tidak boleh terlalu bullish tentang pertumbuhan tahun ini," kata kepala Ekonom China Nomura Ting Lu dalam sebuah laporan, mengutip CNBC International, Rabu (15/2/2023).
"Pola ini memiliki implikasi yang kaya untuk kelas aset dan jenis komoditas yang berbeda, sehingga pelacakan data frekuensi tinggi ini sangat diperlukan," tambahnya.
Laporan Nomura menyebut lalu lintas jalan dan kereta bawah tanah di kota-kota kembali di atas tingkat prapandemi pada 2019. Namun perputaran angkutan barang masih turun dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Hal ini juga menunjukkan bahwa penjualan rumah baru tetap di bawah level tahun lalu, sebagian besar terseret oleh penurunan penjualan di kota-kota menengah, dan membebani aktivitas konstruksi.
Lambatnya permintaan hipotek juga menunjukkan penurunan yang sedikit lebih curam dalam pinjaman rumah tangga jangka menengah dan panjang dibandingkan jangka pendek.
"Tingkat pengangguran masih tinggi yang membuat kepercayaan rumah tangga lemah. Saya berharap kepercayaan rumah tangga juga meningkat dalam beberapa bulan mendatang, tetapi kemungkinan akan menjadi proses bertahap," kata Zhiwei Zhang, presiden dan kepala ekonom di Pinpoint Asset Management.
Hingga kini, Biro Statistik Nasional China tidak mengeluarkan data penjualan ritel, produksi industri, atau investasi aset tetap untuk Januari akibat distorsi dari Tahun Baru Imlek.
Namun, biro merilis data inflasi untuk Januari, yang menunjukkan peningkatan permintaan yang terlihat dari inflasi sebesar 2,1% pada Januari, sedikit lebih rendah dari perkiraan analis yang disurvei oleh Reuters.
(luc/luc)