
Harga Beras Terus Beterbangan, Petani Panen Duit Banyak Gak?
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga beras terpantau masih naik hari ini. Bahkan, semakin menjauhi harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah.
Panel Harga Badan Pangan pukul 11.06 WIB menunjukkan, harga beras rata-rata nasional di tingkat pedagang eceran hari ini (Kamis, 9/8/2023) naik Rp100 jadi Rp13.480 per kg premium dan naik Rp20 jadi Rp11.770 per kg.
Harga tertinggi beras premium hari ini dilaporkan terjadi di Kalimantan Selatan mencapai Rp17.460 per kg dan beras medium di Sumatra Barat mencapai Rp13.690 per kg.
Sepekan lalu, tepatnya pada 2 Februari 2023, harga beras masih tercatat di Rp13.290 per kg dan beras medium di Rp11.660 per kg.
Padahal HET beras medium yang dipatok pemerintah adalah Rp9.450-10.250 per kg, tergantung wilayah. Memang, HET ini adalah harga yang ditetapkan sejak tahun 2017 dan belum ada perubahan sampai saat ini.
Di mana, mengacu Peraturan Menteri Perdagangan 57/2017 tentang Penetapan Harga Eceran Tertinggi Beras, untuk wilayah Jawa, Lampung, dan Sumatra Selatan, serta Bali dan Nusa Tenggara Barat (NTB), juga Sulawesi, HET beras medium adalah Rp9.450 per kg dan premium Rp12.800 per kg.
Untuk wilayah Sumatra kecuali Lampung dan Sumatra Selatan, Nusa Tenggara Timur (NTT), dan Kalimantan, HET beras adalah Rp9.950 per kg medium dan Rp13.300 per kg premium.
Sedangkan, untuk wilayah Maluku dan Papua, HET beras medium adalah Rp10.250 per kg dan premium Rp13.600 per kg.
Petani RI Sejahtera?
Hanya saja, Ketua Umum Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia (AB2TI) Dwi Andreas mengatakan, kenaikan harga beras saat ini seharusnya tak perlu digembar-gemborkan.
Sebab, kata dia, dengan harga pembelian pemerintah (HPP) gabah saat ini yang masih dipatok Rp4.200 jauh di bawah biaya produksi petani. Terutama dengan melonjaknya biaya-biaya seperti pupuk.
"Sebentar lagi panen raya, harga pasti akan anjlok. Karena itu, pemerintah seharusnya sudah menerbitkan aturan HPP gabah sekarang," kata Andreas kepada CNBC Indonesia, dikutip Kamis (9/2/2023).
"Jangan ada pikiran menurunkan harga beras petani karena itu akan semakin mempercepat konversi ke gandum. Dan, HPP gabah Rp4.200 itu amat sangat rendah, itu masih jauh di bawah biaya produksi petani saat ini," tukasnya.
Menurut Andreas, kebijakan pemerintah selama ini hanya berpihak pada konsumen, bukan petani.
"Kalau bicara harga beras rata-rata untuk jenis medium menurut saya masih fine-fine saja. Berdasarkan PIHPS dari bulan Juli sampai 2 Februari 2023 naiknya hanya 9,7%. Kalau berdasarkan data Kementerian Perdagangan dari bulan Juli 2022 ke Februari 2023 itu naiknya hanya 10,6%. Jadi kenapa diributkan? Pemerintah meributkan dan itu jadi alasan impor? 6 bulan naiknya hanya 10,6%, hanya segitu," cetusnya.
"Lalu harga beras mau diturunkan? Ya semakin hancurlah petani kita. Wong harga beras sekarang tidak lagi menguntungkan tingkat usaha petani," katanya.
Dia mengakui, kenaikan harga beras saat ini mendongkrak kenaikan harga gabah petani. Hasilnya, kenaikan harga beras saat ini menopang naiknya NTUP dan NTP petani gabah di Indonesia.
"Kenaikan harga yang nggak banyak ini sudah membantu usaha tani saat ini. Kenaikan harga beras saat ini berhasil membuat harga gabah kering panen (GKP) dan beras di tingkat petani naik. Sejak Juli 2022 sampai Februari 2023, harga GKP di tingkat usaha petani naik 24,5% dan harga beras naik 30,1%Tapi, bukan berarti petani sudah untung, belum bisa dibilang sejahtera. Kan yang menikmati hanya yang panen," ujarnya.
'Saat ini, petani menikmati untung, tapi nanti Maret jatuh lagi. Harga beras di tingkat petani saat panen raya itu bisa jatuh sekali," kata Andreas.
Karena itu, dia berharap pemerintah segera bergerak cepat dan menerbitkan aturan HPP baru. Andreas juga meminta pembelian gabah petani dipacu sebanyak-banyaknya segera saat musim panen raya yang diprediksi memuncak bulan Maret nanti.
(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Mentan Sebut Bank Dunia Salah, Tapi Harga Beras RI Naik Terus