Ramai Konser di RI, Bisnis Hotel Kecipratan Cuan

Jakarta, CNBC Indonesia - Geliat dari industri MICE (Meeting, Incentive, Conference, dan Exhibition) ternyata tak hanya menguntungkan para promotor Tanah Air. Tapi juga bisnis perhotelan ikut terguyur rejeki.
Pasalnya, penonton event atau acara musik atau festival yang berasal dari luar kota atau luar negeri biasanya akan memilih menginap, baik itu di hotel sekitar arena acara atau di fasilitas akomodasi lainnya.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DKI Jakarta Iwantono menuturkan, pelaksanaan konser atau acara festival sudah pasti akan mendorong okupansi.
"Dengan masuknya traffic tentu okupansi mengalami peningkatan, cuma berapa persennya kita belum memiliki data yang pasti. (Tidak adanya) laporan dari masing-masing hotel, karena memang tidak biasa melaporkan seperti itu," kata Iwantono kepada CNBC Indonesia, Selasa (7/2/2023).
Namun demikian, Iwantono dapat memastikan bahwa tingkat okupansi dan traffic hotel meningkat sejalan dengan digelarnya event baik yang berskala nasional maupun internasional, terutama untuk hotel bintang 3 ke atas.
"Jadi tentu event-event ini memberikan dukungan kepada hotel, terutama untuk hotel bintang 3 ke atas. Pasti akan mendapatkan tambahan," ujarnya.
Ia berharap, sampai dengan akhir tahun nanti, peningkatan okupansi dan traffic hotel terus menanjak naik. Apalagi dengan dicabutnya kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
"Kita harapkan akan terjadi peningkatan lah ya, karena PPKM sudah dicabut, Indonesia jadi keketuaan Asean, pasti banyak juga event-event yang akan dilakukan di Indonesia termasuk di Jakarta. Itu Insyaallah, kita harapkan ada event-event yang lebih baik. Ada peningkatan yang cukup baik," ujar Iwantono.
Tak Takut Resesi
Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Promotor Musik Indonesia (APMI) Dino Hamid mengaku optimistis dan tidak terancam isu resesi ekonomi global. Namun, dia mengkhawatirkan jika timbul masalah perizinan penyelenggaraan acara musik atau konser dan kembali sulit.
Sebagaimana diketahui, selama masa pandemi Covid-19, pemerintah melarang kegiatan yang dapat menimbulkan kerumunan orang untuk menekan angka persebaran virus Covid-19.
"Khawatir sih ya paling balik lagi ke masalah kalau misal nanti perizinannya menjadi sulit kembali, makanya kita berharap industrinya berlangsung aman, kondusif, terus juga memberikan manfaat ke ekosistem, kan kuncinya itu kan," kata Dino.
Dino mengatakan, industri MICE merupakan industri yang bergantung kepada ekosistem, dan ia berharap ke depannya ekosistem juga dapat hidup secara ekonomi. "Jadi industri kita kan industri ekosistem, semoga ekosistemnya bisa hidup gitu secara ekonomi," ujarnya.
"Kalau saya sih punya keyakinan ekonomi mikro kita kan cukup kuat ya. Industri kita tuh industri ekosistem. Jadi kalau itu bisa terus berjalan saya rasa perputaran uangnya akan terus terjadi," tuturnya.
Dino memberikan contoh negara yang mungkin industri MICE-nya akan terdampak jika ada resesi global adalah Singapura. Menurutnya, negara tetangga tersebut memiliki ketergantungan terhadap turis, dalam arti lain ekosistemnya kurang, tidak sebanyak Indonesia yang ekosistemnya bisa mandiri.
"Seperti misalnya, Singapura yang tergantung oleh turis, nah itu punya potensi terkena dampak. Tapi kalau kita dengan penduduk yang cukup besar, terus juga industri kita yang semakin berkembang, saya sih punya keyakinan industrinya terus berjalan," tukasnya.
[Gambas:Video CNBC]
Pengusaha Hotel Minta Apartemen Harian Ditertibkan, Kenapa?
(dce)