
Bos Promotor Musik Blak-blakan, Pede Tak Terancam Isu Resesi

Jakarta, CNBC Indonesia - Memasuki tahun 2023, industri MICE (Meeting, Incentive, Conference, dan Exhibition) semakin menggeliat setelah terkena dampak pandemi Covid-19. Apalagi ditambah dengan telah dicabutnya aturan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) pada akhir tahun 2022 lalu.
Bahkan, kekhawatiran resesi ekonomi global tak menyurutkan optimisme pelaku bisnis ini, khususnya penyelenggara acara musik di dalam negeri.
Hal itu disampaikan Ketua Umum Asosiasi Promotor Musik Indonesia (APMI) Dino Hamid. Menurutnya, kini industri MICE, khususnya untuk penyelenggaraan acara musik sudah bisa bangkit.
"Setelah 2 tahun kita berhenti jadi sekarang boleh dibilang kita bisa bangkit lagi dan bisa lead the industry juga. Karena secara faktor psikologis dan sosial yang selama ini 2 tahun berhenti, sekarang kembali lagi, jadi dampaknya sangat luar biasa, di industri maupun secara psikologis dan sosial," kata Dino kepada CNBC Indonesia, Selasa (7/2/2023).
"Kalau dari sisi festival musik atau konser saja, sebelum pandemi itu festival besar seperti Synchronize Fest, Java Jazz, WTF (We the Fest) itu hanya terjadi 3 sampai dengan di bawah 10 lah yang besar-besar di Jakarta. Tapi sekarang ini bisa kali 4 atau kali 5-nya, kenaikannya bisa 100-200% secara volume dan marketnya," tambahnya.
Ke depan, ungkap Dino, penyelenggaraan acara musik akan semakin marak. Bahkan, ujarnya, hingga pertengahan tahun setidaknya ada 30 acara musik yang bakal digelar.
"Wah cukup banyak, itu pasti di atas 30. Ada konser, festival menengah, festival besar. Ada Java Jazz, ada Jakarta Concert Week yang selama 8 hari, terus juga ada Joyland Fest di Bali. Jadi banyak sekali festival-festival yang potensial di semester ini. Dan itu tidak sentral di Jawa saja, merata," paparnya.
Isu Resesi
Di sisi lain, Dino pun optimistis, sektor ini tidak terancam dengan adanya isu resesi global. Sebab, jelasnya, secara ekosistem Indonesia bisa lebih mandiri dibandingkan dengan negara tetangga.
"Kita punya kelebihan dibanding dengan negara tetangga seperti Singapura, Vietnam, Thailand, dengan penduduk demografi, dan geografi yang cukup besar. Jadi, secara ekosistem itu mungkin kita bisa mandiri, karena ya seperti artis saja kita (punya) banyak. Terus juga kayak industri festival, konser sekarang juga nggak cuma sentral di kota-kota besar, tapi sudah mulai di daerah-daerah, merata," cetusnya.
"Jadi, mungkin itu yang bisa membuat kita survive, karena perputaran uang itu terjadi di negara kita saja. Kita tidak tergantung dengan turis. Kayak Singapura atau mungkin negara lain, kita bisa hidup mandiri secara ekosistem," tambah Dino.
Ditambah, imbuh dia, inovasi, kreativitas, dan dukungan setiap pemangku kepentingan.
"Jadi secara ekosistem memang harus saling support," pungkas Dino.
(dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Cuan Bisnis Konser & Event Politik, Pengusaha Terkendala Ini!