
Freeport Berpeluang Ekspor 2,3 Juta Ton Konsentrat Tembaga

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Freeport Indonesia (PTFI) bakal melakukan kegiatan ekspor konsentrat tembaga sebesar 2,3 juta ton pada tahun ini. Hal tersebut menyusul telah disetujui Rencana Kerja dan Anggaran Belanja (RKAB) tahun 2023 oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Presiden Direktur PT Freeport Indonesia (PTFI), Tony Wenas menjelaskan persetujuan ekspor diberikan lantaran belum selesainya pembangunan pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) yang berada di Kawasan Industri Java Integrated Industrial & Port Estate (JIIPE), Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik, Jawa Timur.
Tony bilang, berdasarkan izin usaha pertambangan khusus (IUPK) yang didapatkan pada 21 Desember 2018 lalu, PTFI seharusnya merampungkan pembangunan proyek smelter tembaga selama lima tahun sejak IUPK diberikan yaitu hingga 21 Desember 2023.
Namun, karena adanya pandemi Covid-19 yang berdampak pada pengerjaan proyek, perusahaan akhirnya mengajukan perubahan kurva-S kepada Kementerian ESDM. Adapun, hingga Januari secara kumulatif kemajuan fisik proyek smelter telah mencapai 54% atau melampaui rencana kurva-S yang telah disetujui pemerintah sebelumnya 52,9%.
"Berdasarkan Kurva S inilah diberikan persetujuan ekspor yang di tahun 2022 itu 2 juta dan di RKAB kami di 2023 yang sudah disetujui oleh Kementerian ESDM termasuk ekspor sebanyak 2,3 juta ton konsentrat disetujui dalam RKAB tersebut," ujar Tony dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VII, dikutip Selasa (7/2/2023).
Meski demikian, Tony mengakui izin ekspor konsentrat tembaga saat ini masih berproses di Kementerian Perdagangan. Perusahaan masih menanti verifikasi perkembangan proyek smelter yang akan dilakukan oleh verifikator independen atas pencapaian progres smelter sebesar 51,7% per Desember 2022.
"Sekarang sedang diverifikasi oleh verifikator independen, begitu selesai minggu kedua atau minggu ketiga bulan ini, kita akan segera menyampaikan aplikasi persetujuan ekspor untuk periode selanjutnya dengan dasar verifikasi independen dan juga RKAB tersebut," kata dia.
Selain itu, Tony membeberkan bahwa progres pembangunan smelter Manyar sudah menyerap realisasi investasi sebesar US$ 1,78 miliar. Adapun untuk seluruh tiang pancang juga sudah selesai terpasang dan pekerjaan beton smelter dan instalasi baja juga sudah dilakukan.
Melalui proyek ini, setidaknya PTFI bakal menyerap 13.000 pekerja yang terdiri dari 98% merupakan pekerja asli Indonesia dan 50% diantaranya adalah tenaga kerja lokal dari Jawa Timur.
Selain membangun smelter yang akan mengolah 1,7 juta ton konsentrat tembaga menjadi produk 600 ribu ton katoda tembaga per tahun, PTFI juga melakukan pembangunan Precious Metal Refinery (PMR). Nantinya PMR akan mengolah lumpur anoda menjadi produk emas dan perak batangan 6000 ton per tahun.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sebelumnya menegaskan, bahwa larangan ekspor komoditas mentah seperti bauksit dan konsentrat tembaga akan tetap berlangsung pada Juni 2023 ini.
Plh Dirjen Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM Idris Sihite mengatakan kebijakan pelarangan ekspor bahan mineral mentah sendiri sudah diatur dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara.
Dengan demikian, sekalipun progres pembangunan pabrik pengolahan dan pemurnian atau smelter meleset dari target dan tak bisa selesai pada Juni 2023, maka larangan ekspor akan tetap dijalankan.
"UU No 3 tahun 2020 sudah memberikan narasi yang jelas per Juni 2023 sudah tidak diperkenankan melakukan ekspor, itu berlaku untuk seluruh perusahaan," kata dia saat ditemui di Gedung Kementerian ESDM, Senin (30/1/2023).
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Freeport Kantongi Ekspor 2,3 Juta Ton? Ini Kata Kemendag..
