2 Februari 1653

Sejarah New York & Wall Street: Lahirnya Pusat Keuangan Dunia

MFakhriansyah, CNBC Indonesia
02 February 2023 09:10
Cover Insight On This Day, New York
Foto: Cover Insight On This Day/ New York/ Edward Ricardo

Jakarta, CNBC Indonesia - Pendirian kota Nieuw Amsterdam pada 2 Februari 1653, tepat hari ini 169 tahun lalu, menjadi salah satu tanda kekuasaan Belanda di Amerika. Sayang, Belanda tidak bisa tenang menguasai kota kecil ini.

Inggris yang lebih dulu berkuasa terus mengganggunya. Inggris percaya kalau Niew Amsterdam sebagai kota pelabuhan akan lebih maju di masa depan. Alhasil, terjadilah beberapa pertempuran sengit. Hingga akhirnya mengantarkan kedua negara pada satu perjanjian penting bernama Treaty of Breda pada 31 Juli 1667.

Inti perjanjian tersebut adalah tukar guling wilayah. Pulau Run di Maluku yang dikuasai Inggris dan banyak rempah-rempah harus diserahkan ke Belanda. Sedangkan Belanda harus menyerahkan Nieuw Amsterdam ke Inggris. Peralihan ini kemudian membawa Inggris mengganti nama Nieuw Amsterdam menjadi New York. 

Siapapun penguasanya, New York tetap berdiri independen sebagai kota pelabuhan di pesisir Timur Amerika. Arus perdagangan dan perputaran uang terjadi di sana dalam jumlah besar. Hal ini kemudian menjadi daya tarik bagi orang-orang untuk tinggal dan beraktivitas di New York. Penduduk dari wilayah dunia pun berbondong-bondong untuk hidup di sini. Banyaknya orang ini kemudian jadi penggerak perekonomian New York.

Menurut Edward L. Glaeser dalam "Urban Colossus: Why Is New York America's Largest City?" (2005), cepatnya roda ekonomi bergerak membuat New York menjadi pusat jaringan perdagangan global sejak abad ke-17.

Salah satu pusat perdagangan New York adalah kawasan Wall Street. Sejak tahun 1700-an, kawasan ini ramai pedagang dan juga pialang. Bahkan, pada 1792 terjadi kesepakatan penting bernama Buttonwood Agreement. Perjanjian ini kemudian jadi cikal bakal pendirian New York Stock and Exchange Board (NYSE) pada 1817. Pendirian NYSE kemudian jadi bursa terpenting di dunia. 

Keberadaan bursa efek baru itu kemudian menjadi penambah daya tarik New York. Dalam sekejap, kota ini menjadi tempat tinggal baru para investor selain ibu kota negara Philadelphia. Bahkan kurang dari 10 tahun, New York sudah mengalahkan pertumbuhan ekonomi Philadelphia dan menjadi yang tertinggi di Amerika Serikat.

Selain itu, New York juga diuntungkan oleh kondisi geografis. Kota ini mempunyai Kanal Erie yang menghubungkan langsung ke pedalaman Amerika Serikat di Barat. Lewat kanal ini, pendatang hanya perlu melintasi Sungai Hudson untuk sampai ke beberapa lokasi di Tengah dan Barat Amerika Serikat. Hal ini jelas mempermudah pendatang. Karenanya, New York juga berfungsi sebagai pintu masuk kedatangan imigran ke AS dari berbagai wilayah di dunia.

Kedatangan para imigran ini juga jadi kunci pembangunan ekonomi kota. Menurut Victor Perlo dalam New York as the Financial Center (1955), mereka biasanya punya jiwa wirausaha yang tinggi, sehingga mampu meningkatkan volume perdagangan, baik di pelabuhan atau sekuritas.

Pada tahun 1830-an, setelah menjadi pusat komersial yang dominan di AS, Wall Street menyimpan saldo simpanan utama dari semua bank Amerika. Akibatnya New York dengan cepat melampaui pesaing di seluruh dunia dan memperoleh supremasi keuangan AS. Berkat ini, New York mengalahkan sentra keuangan dunia, yakni London dan resmi jadi pusat keuangan dunia yang bertahan sampai sekarang.

Kini, berbagai lembaga keuangan besar dunia berkantor di sini, seperti Federal Reserve Bank of New York, New York Mercantile Exchange, NASDAQ, New York Board of Trade, dan American Stock Exchage. 

Seluruh kegiatan finansial inilah penentu jatuh bangunnya keuangan dunia. Berkat ini, New York mendapat julukan kota yang tidak pernah tidur. Sebab, jika dia tertidur maka ekonomi dunia akan runtuh. 


(mfa/mfa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article New York Darurat! Langit Merah & Warga Pakai Masker, Ada Apa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular