Ternyata Ada Asing di Balik Fenomena Kantor 'Hantu' DKI

Martyasari Rizky, CNBC Indonesia
Senin, 30/01/2023 12:40 WIB
Foto: Ilustrasi Kantor Kosong AFP via Getty Images/THOMAS COEX

Jakarta, CNBC Indonesia - Pencabutan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) ternyata belum membuat okupansi gedung perkantoran, terutama di wilayah DKI Jakarta, menggeliat. Pasalnya, perusahaan pun masih menerapkan sistem kerja dari rumah atau work from home (WFH).

Adapun fenomena kantor kosong atau tak memiliki sewa, menurut Senior Director Office Services Colliers Bagus Adikusumo adalah karena sistem kerja WFH yang masih dipakai oleh perusahaan asing.

Kondisi ini menyebabkan ruangan kantor menjadi tak terpakai, sampai akhirnya pada saat perpanjangan sewa, tenant alias penyewa melakukan downsizing (pemangkasan). Akibatnya, muncul fenomena gedung-gedung perkantoran 'berhantu' karena sepi penyewa.


"WFH-nya ini masih terus berlanjut oleh beberapa perusahaan asing, padahal pandeminya dianggap sudah hampir berakhir, tapi masih banyak perusahaan asing yang 100% kerja dari rumah. WFH menyebabkan ruangan kantor enggak terpakai, akhirnya pada saat perpanjangan sewa downsizing, yang tadinya seribu jadi 700, yang tadinya 2.000 jadi 1.000. Jadi space yang tadinya sudah ter-absorb balik lagi ke pasar. Sementara supply baru masih ada terus," kata Bagus kepada CNBC Indonesia, Senin (30/1/2023).

Bagus mengatakan, perusahaan yang saat ini telah bekerja dari kantor 100% hanya perusahaan milik pemerintah saja. Sementara perusahaan nonpemerintah rata-rata menerapkan sistem 4 hari kerja di kantor 1 hari kerja dari rumah.

"Yang terjadi sekarang adalah banyak perusahaan yang balik ke kantor lagi kan. Nah tapi cuman perusahaan pemerintah yang sudah 100% kerja dari kantor, Tetapi perusahaan-perusahaan lain rata-rata menerapkan 4 hari kerja 1 hari di rumah kerjanya. Ada sedikit yang yang bekerja 100% di rumah dan juga 50:50 ada, tapi ga banyak presentasenya," ujarnya.

Di sisi lain, dia menambahkan, sebenarnya aktivitas perkantoran sudah mulai menggeliat kembali, dilihat dari ritel restoran di sekitar wilayah perkantoran sudah mulai dipadati.

"Memang sudah menggeliat, kantor sudah ramai, kita bisa lihat ritel-ritel restoran di perkantoran ramai, lunch ngantre gitu ya. Itu kan tandanya bahwa penghuni perkantoran sudah mulai pada balik. Bisa dilihat juga mal sudah mulai ramai lagi dan lain sebagainya," tuturnya.

Hanya saja, imbuh dia, perusahaan juga masih memilih menunggu dan melihat kondisi tahun 2023 yang diprediksi bakal terjadi resesi ekonomi global.

"Saya melihat (mereka) belum balik untuk mengambil space lebih besar. Karena mereka masih mau lihat 2023 ini apa yang akan terjadi. Bahwa ekonomi global ini prediksinya kan lumayan berat di tahun 2023, sampai Presiden juga bilang berat, hati-hati terhadap pengeluaran dan lain sebagainya. Jadi perusahaan ini status quo semua, nggak ada yang ekspansi," kata Bagus.


(dce)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Ritel Bahan Bangunan Bertahan di Tengah Daya Beli Lesu