
Mungkinkah RI Alami Resesi Seks? Ini kata Bos BKKBN

Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) buka suara terkait ancaman 'resesi seks' yang bisa menjangkiti Indonesia.
Kepala BKKBN Hasto Wardoyo mengungkapkan, Indonesia masih jauh dari ancaman resesi seks. Hal ini karena terlihat dari berbagai faktor kondisi yang terjadi di tanah air.
Hasto sendiri tidak setuju dengan adanya istilah resesi seks. Hasto, lebih menerima adanya istilah child free atau keengganan pasangan yang sudah menikah untuk memiliki anak.
Oleh karena itu, menurut Hasto kemungkinan yang ada dan bisa terjadi adalah resesi untuk fertilitas.
Pun, resesi fertilitas juga sangat kecil kemungkinannya terjadi di Indonesia. Data BKKBN menunjukkan, dalam setahun terdapat 2 juta pasangan yang menikah di Indonesia.
Selain itu juga, jumlah bayi yang dilahirkan sebanyak 4,8 juta jiwa dalam satu tahun.
"Jadi, 80% orang yang menikah di Indonesia itu adalah hamil pada tahun pertama. Karena semua yang menikah itu beramai-ramai ingin hamil di Indonesia," jelas Hasto kepada CNBC Indonesia, dikutip Sabtu (28/1/2023).
Sementara 20% lainnya, berdasarkan statistik BKKBN kata Hasto bukan tidak mau hamil, tapi karena beberapa pasangan tidak bisa hamil karena ada gangguan fertilitas. "Itu kenyataan di negara kita."
Sehingga kata Hasto, Indonesia masih jauh dari ancaman resesi seks, yang bisa mengancam penurunan populasi. Kecuali ada perubahan paradigma dalam masyarakat beberapa tahun mendatang.
"Negara kita jauh dari isu child free, resesi seks. Indonesia jauh. Mungkin bisa 50 tahun lagi atau lebih, setelah ada perubahan paradigma. Sampai hari ini belum ada perubahan," jelas Hasto.
Hasto pun menjelaskan, suatu negara idealnya memiliki angka Total Fertility Rate (TFR) pada angka 2%.
"Kalau angka fertility rate kurang dari 2%, penduduk itu akan cenderung minus growth, cenderung berkurang," jelas Hasto kepada CNBC Indonesia, Jumat (27/1/2023).
Indonesia sendiri saat ini angka fertility rate-nya telah mencapai 2,1%. Masih banyak ketimpangan di banyak daerah, yang angka fertility rate-nya bahkan menyentuh angka 3%.
Hasto memberikan contoh, misalnya saja di Papua yang angka fertility rate mendekati 3%. Kemudian di Nusa Tenggara Timur angka fertility rate yakni pada rentang 2,7% hingga 2,8%.
Sementara di Sumatera Utara dan Sumatera Barat, angka fertility rate masing-masing 2,5% dan 2,6%.
"Masih banyak (daerah) yang hamil secara terus menerus. Secara nasional (angka fertility rate) belum merata. Tapi rata-rata secara nasional sudah 2,1%," ujar Hasto.
Hasto menegaskan bahwa, sebagian besar pernikahan yang terjadi Indonesia bertujuan untuk pro-kreasi, bukan untuk sekedar rekreasi dan security.
Istilah prokreasi yakni hubungan suami istri yang bertujuan untuk menghasilkan keturunan sebagai generasi penerus.
Sementara rekreasi hanya semata untuk mendapatkan hubungan seks yang aman dan security hanya menikah untuk mendapatkan keamanan.
"Makanya budaya kita itu kalau Idul Fitri, manten baru belum hamil itu, waduh gak enak itu. Ditanya terus itu, udah isi belum. Dan itu terjadi secara statistik, 80% pasangan menikah hamil pada tahun pertama," tuturnya.
(cap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Happy! 4,8 Juta Wanita RI Hamil, Tak Ada Resesi Seks