
Covid-19 di RI Makin 'Jinak', Apa Sih Resepnya?

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah mengklaim pandemi Covid-19 di Indonesia semakin 'jinak'. Hal ini tentu didukung oleh kesuksesan Indonesia yang telah mampu dalam menangani Pandemi Covid-19 sekaligus mempertahankan agar ekonomi tetap bergerak. Apa sih resepnya?
Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian mengungkapkan salah satu resep paling mujarab adalah dengan aturan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di seluruh wilayah Indonesia.
"(Seluruh dunia) dihadapkan oleh dua persoalan, yaitu bagaimana menangani Pandemi Covid-19, isu kesehatan dan bagaimana agar ekonomi tetap bisa bergerak. Semua negara bertarung untuk mengendalikan pandemi agar tetap terkendali, dan yang kedua agar ekonominya tetap survive," ungkap Tito di Rakornas KPC PEN Transisi Penangangan Covid-19, di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Kamis (26/1/2023).
Sebetulnya yang disaksikan seluruh dunia saat ini, katanya, adalah pertarungan leadership antar seluruh kepala negara di dunia. Tito pun menyebut ada 3 model pilihan yang diterapkan dan diadopsi oleh seluruh negara dalam mengatasi permasalahan pandemi Covid-19. Model yang pertama yaitu diberlakukannya lockdown total, seperti negara Singapura, Australia, Jepang, dan yang utama China.
"Itu kan safe life, tapi ekonominya akan terpukul luar biasa," ujarnya.
Kemudian, model yang kedua adalah membuka total negaranya, seperti yang dilakukan oleh Swedia. "Dia melakukan buka untuk terjadinya heard humanity melalui infeksi. Cost human life itu akan menimbulkan korban yang banyak," tuturnya.
Sementara model yang diterapkan oleh Indonesia adalah model ketiga yaitu pembatasan. "Tidak lockdown, tidak juga buka total, ada human life costnya. Satu, nyawa pun berarti tetapi ekonominya bisa survive dan humas cost-nya juga ditekan seminimal mungkin," kata Tito.
"Ada yang cepat mengendalikan, ada juga yang tidak dengan modelnya masing-masing. Tanpa bermaksud memuji bapak Presiden kita, ini negara kita adalah negara nomor 4 terbesar dunia, pandemi ini akan sangat berdampak kepada populasi. Kita tidak bisa apple to apple dengan Singapura, atau dengan negara-negara kecil lainnya. Kita juga tidak bisa apple to apple dengan China, India, AS, Rusia, Brazil. Kita melihat berantakannya Brasil, berantakannya AS menangani, China yang dianggap model paling bagus dalam menangani, tapi kita sudah selesai mereka baru mau mulai," tuturnya.
![]() Warga menjalani vaksin booster kedua atau dosis keempat di kawasan Walikota Jakarta Timur, Selasa, (24/1/2023). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki) |
Untuk itu, Tito mengatakan seluruh dunia saat ini telah mengakui bahwa Indonesia mampu menangani Pandemi Covid-19 sekaligus juga ekonomi tetap bertahan dengan baik.
"Saya jujur memberikan apresiasi kepada tim menangani Covid terutama metode gas rem," kata Tito.
Rapat Rutin Pemerintah dan Kepala Daerah
Untuk mengendalikan seluruh wilayah Indonesia, Tito menyampaikan bahwa setiap dua kali dalam seminggu, pemerintah bersama kepala daerah seluruh wilayah Indonesia melakukan rapat untuk membahas perkembangan terbaru level PPKM yang harus diterapkan oleh masing-masing daerah.
Saya menemani pak menko setiap hari Sabtu untuk rakor untuk mengendalikan seluruh Indonesia. Pak Menko Perekonomian untuk studinya bagian Indonesia luar Jawa Bali, kemudian Jawa Bali spesifik karena penduduknya sangat padat Pak Luhut yang melayani zoom meeting dengan seluruh kepala daerah. Pak Menko Airlangga di hari Sabtu, dan pak Luhut di hari Minggu. Dan di Senin ada ratas dengan pak presiden," kata Tito.
Tito menyampaikan bahwa Presiden Jokowi secara konsisten selalu mengadakan rapat terbatas setiap Senin bersama Menteri Kesehatan, nantinya menghasilkan Instruksi Mendagri (Inmen) yang ditindaklanjuti menjadi Perda atau Perkada oleh para kepala daerah dalam mengatasi pandemi Covid-19 di masing-masing daerahnya.
"Jadi kepala daerah kami meminta mereka untuk berpikir, sehingga setiap rapat kepala daerah kami sampaikan level 1,2,3,4 PPKM. Jadi setiap hari Senin pagi, pasti setiap daerah setelah ratas presiden kami buat draft, setelah itu draftnya kami putar lagi, ke Menkes, kepala BNPB, Menko Perekonomian, Menko Marves untuk disetujui poin-poin apa saja yang dibatasi, dan levelnya tiap-tiap daerah. Karena daerah kita dapat data dari BNPB dan Menkes angka konfirmasi, hospital rate, dep rate, reproduction rate. Itu menjadi 4 indikator menentukan level (PPKM)," ujarnya.
"Jadi setiap Minggu, daerah nungguin, saya masuk level mana? kalau masuk ke level 4 berarti dampak semuanya dikunci, TNI polri kunci. Masyarakat itu akan marah, marahnya ke kepala daerah, karena kepala daerahnya nggak bisa mengendalikan Covid," pungkasnya.
(wur/wur)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Hampir 100% Penduduk RI Sudah Kebal Covid, Pandemi End?