
Ekonomi China Dibuka, Negara Ini Justru Kena Apes

Jakarta, CNBC Indonesia - Sejumlah ekonom menyebut, dibukanya kembali ekonomi China terdapat sejumlah negara yang justru akan terkena dampak negatif alias apes.
Kepala BCA David Sumual mengungkapkan negara yang akan mengalami dampak negatif kembalinya dibukanya ekonomi China salah satunya adalah India. Sebab negeri Bollywood ini juga salah satu negara importir energi cukup tinggi, seperti China.
Artinya India harus bekerja ekstra lagi untuk bisa mendapatkan bahan kebutuhan energi untuk negaranya.
"India, dia akan bersaing untuk produk manufakturnya dan dia mengimpor energi cukup tinggi. Jadi, mungkin mereka tidak akan terlalu bagus dengan dibukanya ekonomi China," jelas David kepada CNBC Indonesia, dikutip Rabu (25/1/2023).
"Tapi untuk relokasi, India, Vietnam, Thailand, Meksiko itu akan tertolong," kata David lagi.
Ekonom Universitas Indonesia Fithra Faisal memandang, melihat pembukaan ekonomi China seperti saat ketika pandemi Covid-19. Karena melihat China pertama kali tempat asal pandemi dan terpuruk, namun disisi lain mereka sembuh paling cepat.
Dengan melihat tren sembuh paling cepat tersebut, negara-negara Asean yang kemungkinan akan diuntungkan. China dipandang lebih partisipatif kepada negara-negara Asean.
"Karena ketika mereka (China) sembuh lebih cepat dan itu akan didorong dari sisi demand. Sementara dari sisi supply-nya mereka masih kurang. Makanya mereka engaged negara-negara Asean dengan signifikan," jelas Fithra.
"Saya melihat pola yang sama ketika China tumbuh, Asean yang akan diuntungkan," kata Fithra lagi.
Adapun menurut Fithra negara yang akan terkena apes dari dibukanya ekonomi China adalah Amerika Serikat. Karena negeri Paman Sam ini akan terkena dampak dari kenaikan inflasi akibat dari tarikan permintaan dari China.
Ketika ekonomi China tumbuh, sehingga suku bunga The Fed akan naik dan memiliki prospek menekan nilai tukar di banyak negara.
Apalagi beberapa tahun terakhir, perekonomian dunia diwarnai dengan perang dagang antara AS dan China, yang terbukti membuat rantai pasok dan perdagangan dunia terganggu.
Seperti diketahui, pada Januari 2018, AS di bawah kepemimpinan Donald Trump mulai melancarkan sejumlah kebijakan proteksionisme dari produk-produk asal China.
Langkah tersebut diambil, karena defisit neraca perdagangan antara AS dengan China terlampaui tinggi. China dituding melakukan pelanggaran terhadap sejumlah hak kekayaan intelektual dari produk-produk AS.
Tak tinggal diam, China melakukan aksi balasan dengan memberlakukan tarif impor yang tinggi kepada sejumlah komoditas dan produk pangan dari AS.
Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) pun berkali-kali dibuat pusing oleh perang tarif antara kedua negara tersebut.
"Jadi, menarik ini tarik-tarikan antara AS dan China. Tapi, bagaimanapun Asean ada di posisi yang paling strategis dan diuntungkan," jelas Fithra.
(cap/cap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Negara Ini Bakal Gantikan China Jadi Raksasa di Asia