Internasional

Bunga KPR Mencekik, Warga Korsel Makin Sulit Punya Rumah

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
24 January 2023 14:30
A man walks on a street in the Gangnam district of Seoul on September 16, 2021. (Photo by Anthony WALLACE / AFP) (Photo by ANTHONY WALLACE/AFP via Getty Images)
Foto: AFP via Getty Images/ANTHONY WALLACE

Jakarta, CNBC Indonesia - Banyak warga Korea Selatan (Korsel) sedang menunggu kesempatan yang tepat untuk membeli rumah impian mereka di ibu kota Seoul. Mereka tak dapat langsung membeli akibat kenaikan tajam suku bunga bank.

Saat ini kebanyakan warga Negeri Ginseng berpikir dua kali sebelum mengambil pinjaman untuk membeli rumah (KPR), sehingga hanya bisa mengadopsi pendekatan menunggu dan melihat, bahkan saat harga rumah mulai turun.

"Tentu sulit ketika suku bunga tinggi," kata seorang warga, dikutip Channel News Asia, Selasa (24/1/2023). "Saya khawatir datang ke sini untuk menandatangani kontrak ini juga. Tapi karena lokasinya bagus, saya memutuskan untuk melanjutkan kontrak."

Sejak Agustus 2022 lalu, Bank of Korea (BoK) telah menaikkan suku bunga dari rekor terendah 0,5% menjadi 3,5%, tertinggi sejak 2008. Lima bank besar di Korsel juga memiliki tingkat hipotek rata-rata bergerak dalam kisaran 5,47% dan 8,11%.

Ini adalah pertama kalinya suku bunga melesat tinggi di atas batas 8% sejak krisis keuangan global 2008 terjadi.

Para pengamat menyebut suku bunga yang tinggi telah memperlambat peminjaman dan orang enggan mengambil pinjaman untuk membeli rumah seperti di masa lalu. Bulan lalu, jumlah transaksi apartemen di Seoul hanya mencapai 578, turun sekitar 50% dari tahun sebelumnya.

"Untuk bagian rumah tangga yang lebih kaya, mereka mungkin tidak ingin mendapatkan rumah lagi saat ini, karena harga rumah turun begitu cepat," kata Yang Jun Sok, profesor ekonomi di Universitas Katolik Korea.

"Jadi kecuali mereka yakin bahwa harga rumah telah mencapai titik terendah, mereka mungkin tidak memiliki insentif untuk meminjam lebih banyak untuk membayar kembali perumahan. Jadi setidaknya untuk saat ini, utang rumah tangga mungkin akan tetap stabil atau turun sedikit."

Sementara itu, Gubernur Bank of Korea Rhee Chang Yong mengatakan utang rumah tangga tidak akan menyebabkan ketidakstabilan dalam jangka pendek, karena bank dikapitalisasi dengan baik.

Namun, dia menyatakan keprihatinan tentang bagaimana proporsi utang jangka pendek dan pinjaman suku bunga mengambang relatif lebih tinggi di negaranya.

"Dengan demikian, belanja konsumen dan aktivitas ekonomi bisa lebih sensitif terhadap pengetatan moneter dan penurunan harga rumah," kata Rhee.

"Dampak kumulatif kenaikan suku bunga dapat menyebabkan trade-off yang memberatkan antara inflasi dan pertumbuhan, membuat kebijakan moneter jauh lebih sulit."

Awal Januari 2023, Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol menurunkan pajak dan mengizinkan orang meminjam lebih banyak pasca dirinya menghapus banyak pembatasan yang diberlakukan di pasar perumahan oleh pemerintahan sebelumnya.

Pemilik apartemen juga harus tinggal di propertinya selama satu tahun sebelum mereka dapat menjual, dan bukan delapan tahun seperti di masa lalu.


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Inflasi Korsel Lampaui Ekspektasi, Naik Jadi 5,7% di Oktober

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular