
Rawan Mafia, KPPU: Beras Dikuasai Oligopoli!

Jakarta, CNBC Indonesia - Komisi Pengawas dan Persaingan Usaha (KPPU) berencana akan melakukan penelitian terkait dugaan adanya praktik mafia yang membuat kenaikan harga beras. Langkah dari KPPU ini sekaligus merespons pernyataan Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso beberapa hari lalu.
Direktur Ekonomi KPPU Mulyawan Ranamanggala mengungkapkan fenomena beras saat ini mirip seperti tahun 2015 lalu. Dimana terjadi harga beras melambung tinggi dengan alasan stok rendah dan berkurang.
"Ini mirip seperti 2015 kemarin. Kita sempat melakukan penyidikan karena terdapat gangguan distribusi beras," ungkap Mulyawan di Program Profit CNBC Indonesia, Selasa (24/1/2023).
Menurut Mulyawan beras di Indonesia memang rawan praktik mafia. Salah satu alasannya karena praktik oligopoli.
![]() Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan, Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso, Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi memantau bongkar muatan 5.000 ton beras impor asal Vietnam di Pelabuhan Tanjung Priok, Jumat (16/12/2022). (CNBC Indonesia/Emir Yanwardhana) |
Praktik oligopoli atau penguasaan satu jenis barang oleh beberapa pedagang besar ditenggarai menjadi penyebab mengapa harga beras saat ini bisa melambung tinggi. Cara yang mereka lakukan biasanya dengan penimbunan.
"Berdasarkan penelitian kami, struktur pasar beras ini oligopoli. Mereka pedagang beras besar ini bisa saja mengatur pasokan dan harga di pasar," ucapnya.
Untuk itu, KPPU akan meminta informasi pelaku usaha atau pedagang beras besar yang bermain kepada Satgas Pangan dan Buwas. Sehingga KPPU bisa menaikkan ini ke tahap penyidikan dan bisa mengungkap siapa pedagang beras besar yang bermain.
"Ini sudah menjadi rahasia umum mereka mengatur stok dan harga. Kesulitan kami, kami belum mendapatkan identitas jelas siapa pelaku usaha yang menjadi penguasa beras ini. Oleh karena itu Satgas Pangan dan Budi Waseso bisa memberikan informasi ke kami," sebutnya.
Sebelumnya, Buwas mengungkapkan ada praktik mafia yang membuat harga beras menjadi tinggi. Selain mengatur stok dan harga di pasaran, para mafia juga memainkan beras Bulog. Mereka menjualnya dengan harga tinggi, di atas HET (Harga Eceran Tertinggi) padahal membeli dari Bulog Rp8.300 per kg.
"Sebenarnya saya sudah tahu, dan saya tidak bodoh-bodoh amat. Kalau tanda kutip ada mafia, memang ada. Dia bilang, gak apa-apa saya (mafia) gak dapat sebutir pun dari Bulog, tapi pasti nanti ngalir ke saya. Pikirnya ini beras premium, ini bisa laku nih Rp12.000 per kg, gw beli Rp8.300 per kg keuntungan dibagi-bagi. Untung seribu kita bagi 3, nah udah yang 3 itu pasti mendukung," ungkap Buwas saat mengumpulkan para pedagang beras di Kantor Pusat Bulog, Jakarta, Jumat (20/1/2023).
(wur/wur)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Misteri Teka Teki Impor Beras, RI Swasembada Tapi Mau Impor