Pabrik Nikel Akan Dibatasi, Ini Penjelasan Anak Buah Bahlil

Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
Jumat, 20/01/2023 17:10 WIB
Foto: Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia Saat Rapat Koordinasi Nasional Investasi 2022 Hilirisasi dan Kemitraan untuk Investasi Berkeadilan. (Tangkapan Layar via Youtube Kementerian Investasi - BKPM)

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Investasi atau Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengatakan, pemerintah berencana membatasi pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian mineral (smelter) nikel baru.

Lantas, apa maksud dari pembatasan pembangunan smelter tersebut?

Staf Khusus Menteri Investasi/Kepala BKPM Tina Talisa menjelaskan, apa yang dimaksud Bahlil tersebut yaitu lebih kepada pembatasan pemberian fasilitas perpajakan pada smelter nikel. Pasalnya, komoditas tersebut saat ini sudah tidak termasuk dalam sektor pionir.


"Terkait smelter nikel, yang dimaksud dalam pernyataan Pak Bahlil adalah pembatasan pemberian fasilitas perpajakan pada smelter nikel karena saat ini sudah tidak termasuk dalam sektor pionir," ungkap Tina kepada CNBC Indonesia, Jumat (20//1/2023).

Di samping itu, menurut Tina, Kementerian ESDM juga berencana membatasi smelter nikel, terutama yang memakai teknologi Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF). Mengingat, smelter ini menghasilkan produk olahan nikel kelas dua, seperti Nickel Pig Iron (NPI).

"Kementerian ESDM juga berencana membatasi smelter nikel yang memakai teknologi RKEF karena menghasilkan produk olahan nikel kelas dua yaitu Nickel Pig Iron," tuturnya.

Berdasarkan data dari Kementerian ESDM, menurutnya sudah terdapat 15 smelter nikel, 2 smelter bauksit, 1 smelter besi, 2 smelter tembaga, dan 1 smelter mangan yang sudah beroperasi.

Adapun target pembangunan smelter pada seluruh komoditas hingga tahun 2023 mencapai 53 smelter. Saat ini terdapat 25 smelter yang masih dalam proses pembangunan

Sebelumnya, Menteri Bahlil menyatakan bahwa ke depan pihaknya akan melakukan pembatasan terhadap pembangunan smelter yang tidak berorientasi pada energi hijau.

"Ini sebagai bentuk dari kepedulian pemerintah dalam melakukan penataan terhadap pembangunan produk yang berorientasi pada green energy dan green industry," terang Menteri Bahlil saat ditemui di Istana Negara, Jumat (13/1/2023).

Bahlil menyebut bahwa saat ini produk dari hasil smelter, khususnya bijih nikel adalah Nickel Pig Iron (NPI). Di mana, NPI sudah masuk dalam kategori pionir.

Bahlil mengungkapkan, saat ini Indonesia telah dibanjiri atas produk NPI itu. Oleh karena itu, pihaknya akan mencatat kembali kebijakan smelter tersebut lantaran sumber daya atau cadangan nikel dikatakan sudah tidak banyak.

"Harus seimbang antara smelter yang mau kita bangun dengan cadangan bahan baku yang ada. Nah, sekarang kita dorong sektor hilirisasi dengan nilai tambah 80%," tuturnya.

Dengan begitu, kata Bahlil, smelter-smelter yang akan dibatasi pembangunannya adalah smelter yang produk hilirisasinya baru mencapai 40%.

"Kita akan tata kembali, nanti kita breakdown. Aturan teknisnya nanti kita bahas," tandas Bahlil.


(wia)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Polemik Tambang Nikel Raja Ampat, Bahlil Ungkap "Titah" Prabowo