Nih! Isi Pesan Bos IMF yang Bikin Jokowi Ketar-ketir

Tim Redaksi, CNBC Indonesia
Jumat, 20/01/2023 07:55 WIB
Foto: Presiden Jokowi Resmikan Pembukaan Rakornas Kepala Daerah dan Forum Komunikasi Pimpinan Daerah se-Indonesia Tahun 2023, SICC Sentul, Kabupaten Bogor, 17 Januari 2023. (Tangkapan Layar Youtube Sekretariat Presiden)

Jakarta, CNBC Indonesia - Mengawali tahun 2023, Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) membagikan ramalan kelamnya ekonomi global. IMF memprediksi sepertiga dunia akan mengalami resesi.

"Kami memperkirakan sepertiga dari ekonomi dunia akan berada dalam resesi," kata Kristalina Georgieva, Direktur Pelaksana IMF kepada CBS, dikutip Jumat (20/1/2023).

Mesin utama pertumbuhan global yaitu Amerika Serikat (AS), Eropa, dan China, semuanya mengalami aktivitas yang melemah. "Tahun 2023 akan lebih sulit dari tahun lalu karena ekonomi AS, Uni Eropa dan China akan melambat", ujarnya.


Rupanya kabar dari Bos IMF ini sampai ke telinga Presiden Joko Widodo atau Jokowi. Dia membenarkan bahwa dirinya mendapat laporan dari Kristalina Georgieva, bahwa tahun 2023 adalah tahun penuh kehati-hatian dan harus terus diwaspadai.

Kepala Negara mengungkapkan daftar yang menjadi pasien International Monetary Fund (IMF) terus bertambah, kini sudah ada 47 negara yang meminta untuk diselamatkan.

"Negara yang tidak terkena resesi, ratusan juta penduduknya merasakan seperti sedang resesi, hati-hati," jelas Jokowi dalam Rapat Koordinasi Nasional Kepala Daerah dan FORKOPIMDA Tahun 2023, di Sentul International Convention Center, Bogor, beberapa waktu lalu (17/1/2023).

Dari laporan IMF tersebut, Jokowi mengantongi informasi bahwa sepertiga ekonomi dunia mengalami resesi, artinya ada 70 lebih negara. Hal ini tak lepas dari adanya guncangan ekonomi karena pandemi Covid-19 dan meletusnya perang Rusia-Ukraina.

Alhasil, negara yang masuk menjadi pasien IMF terus bertambah. "Ini sudah menyebabkan 47 negara masuk menjadi pasien IMF," jelas Jokowi.

Jokowi pun juga mengenang situasi saat Indonesia masuk menjadi pasien IMF saat krisis moneter pada tahun 1997-1998.

Namun, Jokowi tak menjelaskan secara eksplisit apakah Indonesia saat ini juga masuk dalam pasien IMF atau tidak. Saat itu, jumlah negara yang menjadi pasien IMF tidak sebanyak ini.

"Kita ingat 97-98 Indonesia jadi pasien IMF, ambruk ekonomi dan ambruk politiknya. Ini 47 negara dan yang lain masih antri di depan pintu IMF," ujar Jokowi.

Sebenarnya kabar terkait sepertiga negara dunia yang ambruk ekonominya bukan kabar baru. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati saat kunjungannya ke Washington DC Oktober 2022, berkesempatan menemui Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva di sana.

Saat itu, Kristalina menceritakan perihal perkembangan terkini ekonomi global. Menurut Sri Mulyani, salah satu topik yang dibahas dengan Bos IMF adalah terkait permasalahan sejumlah negara yang akan terbebani dengan utang tinggi ke depan.

"Sepertiga negara di dunia ini akan mengalami tekanan ekonomi dalam 4-6 bulan ke depan, baik karena kesulitan beban utang yang tinggi, ditambah lemahnya fundamental makro ekonomi dan isu stabilitas politik," ujar Sri Mulyani.

Lalu, apakah Indonesia termasuk ke dalam seperti daftar negara tersebut?

Sri Mulyani menegaskan bahwa Indonesia tidak akan masuk ke dalam jurang resesi.

"IMF baru saja mengeluarkan (proyeksi) sepertiga ekonomi dunia akan terkena resesi. Kita tidak termasuk yang sepertiga, Insya Allah kita jaga terus," jelas Sri Mulyani dalam sambutannya dalam Acara Apresiasi Media beberapa waktu lalu (6/1/2023).

Kendati demikian, dia berharap optimisme ini bisa dilandasi dengan kehati-hatian dan kewaspadaan dari semua pihak.

Pasalnya, dia mengungkapkan tahun 2023 akan menjadi tahun yang menarik, karena terdapat agenda Pemilihan Umum pada 2024. Sehingga akan mulai terasa persaingannya mulai tahun ini.

Kendati demikian, menurut Sri Mulyani, Indonesia harus mampu dalam menjaga dinamika politik ke depannya, dan diharapkan stabilitas ekonomi akan terjaga.

"2023 tantangan yang harus kita jaga, ada optimisme dan kewaspadaan. Dalam situasi agenda politik dalam negeri, geopolitik dunia yang dinamis dan tidak pasti. Kita sendiri harus menjaga seluruh kemajuan dan momentum pemulihan," pungkas Sri Mulyani.


(haa/haa)
Saksikan video di bawah ini:

Video: 8 Jurus Sri Mulyani Tembuskan 8%!