Kabar Baik! Covid Reda, Angka Kemiskinan di Desa Turun

Anisa Sopiah, CNBC Indonesia
17 January 2023 19:49
Kampung Klayas, Distrik Seget Kabupaten Sorong, Papua Barat. (CNBC Indonesia/Chandra Gian Asmara)
Foto: Kampung Klayas, Distrik Seget Kabupaten Sorong, Papua Barat. (CNBC Indonesia/Chandra Gian Asmara)

Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan tingkat kemiskinan perdesaan September 2022 sudah lebih rendah dibandingkan pada saat prapandemi September 2019.

Angkanya turun sebesar 0,24% poin yakni dari 12,60% menjadi 12,36%. Namun untuk tingkat kemiskinan perkotaan, angkanya masih lebih tinggi 0,97% poin dibandingkan September 2019.

"Tingkat kemiskinan perdesaan posisinya September 2022 kalau dilihat dari trennya sudah di bawah angka kemiskinan sebelum pandemi. Sementara sebaliknya di wilayah perkotaan masih belum kembali ke level sebelum pandemi," ungkap Kepala BPS Margo Yuwono dalam konferensi pers, Senin (16/1/2023).

Namun, meskipun tingkat kemiskinan perdesaan sudah kembali normal di bawah angka sebelum pandemi, nilainya masih lebih tinggi dari tingkat kemiskinan di perkotaan.

Disparitas kemiskinan perkotaan dan perdesaan pada September 2022 masih menunjukkan jarak yang tinggi, dimana persentase penduduk miskin pedesaan sebesar 12,36% sedangkan perkotaan sebesar 7,53%.

"Pada September 2022 tingkat kemiskinan pedesaan sebesar 12,36% lebih tinggi dari tingkat kemiskinan perkotaan yang mencapai 7,53%. Ini masih struktural, dimana tingkat kemiskinan itu ada di desa," ujarnya.

Kendati demikian, jika dibandingkan dengan Maret 2022, baik tingkat perdesaan maupun perkotaan mengalami kenaikan tingkat kemiskinan. Dimana untuk tingkat kemiskinan perdesaan sebesar 12,36% dari sebelumnya 12,29% dan perkotaan 7,53% dari sebelumnya 7,50%.

"Jika dibandingkan kondisi Maret 2022, peningkatan tingkat kemiskinan pedesaan itu mencapai 0,07% poin itu lebih tinggi dari tingkat kemiskinan perkotaan yang mencapai 0,03% poin," katanya.

Menurut Margo, naiknya tingkat kemiskinan ini dipengaruhi beberapa faktor, pertama kenaikan harga komoditas bahan pokok akibat kenaikan harga BBM. "Pada September 2022 ada penyesuaian harga BBM, hal ini berdampak pada biaya produksi, ini mendorong kenaikan indeks produksi dan barang modal di tanaman pangan dan perikanan tangkap," jelasnya.

Kedua, masih terdapat 4,15 juta orang penduduk usia kerja yang terdampak pandemi sampai Agustus 2022 dan terjadinya PHK. "Peristiwa-peristiwa lain yang juga berpengaruh pada September 2022 terjadi pemutusan hubungan kerja di TPT, alas kaki, dan perusahan teknologi," lanjutnya.

Serta kondisi perekonomian Indonesia yang cenderung melambat pada kuartal III tahun 2022. "Pada triwulan III tahun 2022, secara tahun konsumsi rumah tangga tumbuh melambat, yakni turun sebesar 0,12% jika dibandingkan triwulan II tahun 2022. Selain itu, Upah Buruh Tani Harian juga mengalami penurunan sebesar 1,99% dari Rp 51.447 ke Rp 52.494 pada September terhadap Maret 2022," jelas Margo.


(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Katanya Ekonomi Pulih, Kok Si Miskin Bertambah?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular