Jokowi Beberkan 'Si Biang Kerok' Penyebab Stunting di RI
Bogor, CNBC Indonesia - Presiden Joko Widodo buka-bukaan perihal biang kerok persoalan stunting di Indonesia. Menurut kepala negara, 23% penyumbang stunting adalah masalah bayi yang belum lahir atau masih dalam kandungan.
"Itu kontribusi 23% besar sekali sehingga perlu saya ingatkan pada kepala daerah agar dinas BKKBN mengingatkan terus pentingnya gizi ibu hamil dicek anemia tidak. Dicek bener karena kuncinya ada di situ," kata Jokowi saat menghadiri Rapat Koordinasi Nasional Kepala Daerah dan Forum Komunikasi Pimpinan Daerah se-Indonesia di Sentul City, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat, Selasa (17/1/2023).
Jokowi menjelaskan, setelah lahir sampai bayi berusia 23 bulan, penyelesaian masalah penderita stunting lebih sulit dilakukan. Untuk itu, mantan wali kota Solo itu mengingatkan pentingnya intervensi.
"Masa kritis intervensi jangan berikan makanan yang namanya ultraproses, biskuit, bubur instan, hati hati ini banyak dilakukan. Keliru," ujar Jokowi.
"Beri yang namanya protein hewani yang tinggi zat besinya, bisa itu, semua juga tahu. Saya gak mau ngomong hanya mengulang saja, ati ayam, telur, ini harus ngerti kalau nggak mana bisa intervensi. Makanan alami itu semakin baik," lanjutnya.
Untuk itu, Jokowi mengingatkan puskemas dan posyandu agar aktif membantu calon ibu dan ibu yang memiliki balita. Menurut kepala negara, mereka harus diingatkan mengenai anemia, ASI selama 6 bulan, dan yang paling penting memonitor di lapangan karena setiap ibu harus diintervensi dengan cara yang beda.
Lebih lanjut, Jokowi menekankan teknologi penting digunakan dalam menekan stunting. Eks gubernur DKI Jakarta itu lantas mengapresiasi Kabupaten Sumedang yang memanfaatkan teknologi dalam memonitor stunting.
"Nanti saya sudah sampaikan apa sih platformnya, seperti apa aplikasinya, yang lain tinggal tiru saja," kata Jokowi.
Sedangkan Kabupaten Kampar menggunakan model penitipan anak ke perusahaan-perusahaan besar. Implikasinya, level stunting pun dapat diturunkan.
(haa/haa)