Internasional
Harta Orang Super Kaya 'Menggunung' Kala Krisis, Ini Buktinya

Jakarta, CNBC Indonesia - Sekitar 1% kelompok terkaya dunia dilaporkan telah menimbun kekayaan hingga US$ 28 triliun sejak 2020. Ini terjadi tatkala dunia sedang dilanda krisis karena pandemi Covid-19 dan juga perang Rusia-Ukraina.
Dalam sebuah rilis di World Economic Forum (WEF), Senin (16/1/2023), lembaga riset Oxfam mengatakan kekayaan miliarder meningkat hingga US$ 2,7 miliar per hari. Ini kontras dengan kondisi 1,7 miliar pekerja di negara-negara yang mengalami inflasi melebihi gaji.
"Pada saat yang sama, setengah dari miliarder dunia tinggal di negara-negara tanpa pajak warisan untuk keturunan langsung, menempatkan mereka di jalur untuk memberikan US$ 5 triliun kepada ahli waris mereka, lebih dari produk domestik bruto (PDB) Afrika," uajr rilis itu dikutip Al Jazeera.
Oxfam mengatakan pajak 5% pada multi-jutawan dan miliarder dunia dapat menghasilkan US$ 1,7 triliun per tahun. Ini cukup untuk mengangkat 2 miliar orang keluar dari kemiskinan.
"Sementara orang biasa berkorban setiap hari untuk hal-hal penting seperti makanan, orang super kaya bahkan telah melampaui impian terliar mereka. Hanya dalam dua tahun, dekade ini sedang bersiap untuk menjadi yang terbaik bagi miliarder," kata Gabriela Bucher, Direktur Eksekutif Oxfam International.
"Sudah waktunya kita menghancurkan mitos yang nyaman bahwa pemotongan pajak untuk hasil terkaya dalam kekayaan mereka entah bagaimana 'menetes' ke orang lain. Pemotongan pajak selama 40 tahun untuk orang super kaya telah menunjukkan bahwa gelombang pasang tidak mengangkat semua kapal, hanya superyacht."
Pertemuan tahunan WEF di Davos, Swiss, mempertemukan para pemimpin bisnis dan politik global untuk membahas isu-isu politik dan ekonomi yang menjadi perhatian global.
Forum yang berlangsung dari Senin hingga Jumat itu rencananya akan dihadiri oleh 52 kepala negara dan hampir 600 CEO.
[Gambas:Video CNBC]
Krisis di Mana-Mana, Jumlah Crazy Rich Dunia Justru Meroket
(luc/luc)