Konsumsi Nikel RI di 2025 Diramal Tembus 400 Juta Ton!

News - Firda Dwi Muliawati, CNBC Indonesia
13 January 2023 17:10
A worker poses with a handful of nickel ore at the nickel mining factory of PT Vale Tbk, near Sorowako, Indonesia's Sulawesi island, January 8, 2014. REUTERS/Yusuf Ahmad Foto: REUTERS/Yusuf Ahmad

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia sebagai pemilik cadangan nikel terbesar di dunia kini sedang menggenjot hilirisasi di dalam negeri. Banyak fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) kini tengah dibangun di dalam negeri.

Akibatnya, konsumsi bijih nikel di dalam negeri akan semakin meningkat pada tahun-tahun mendatang. Bahkan, konsumsi bijih nikel RI pada 2025 diperkirakan bisa mencapai 400 juta ton.

Hal tersebut diungkapkan Sekretaris Jenderal Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI) Meidy Katrin Lengkey.

"Di tahun 2025 sendiri itu, (Indonesia) akan mengonsumsi sekitar 400 juta ton bijih nikel per tahun. Tahun ini saja, tahun 2023 akan mengkonsumsi sekitar 145 juta ton bijih nikel," ungkap Meidy dalam program Mining Zone CNBC Indonesia, dikutip Jumat (13/1/2023).

Menurutnya, program hilirisasi bijih nikel dalam negeri sudah sangat berhasil. Hal ini juga dinilai bisa membantu Indonesia dalam menghadapi ancaman resesi global yang diramalkan akan terjadi pada tahun 2023 ini.

Oleh karena itu, Meidy mengatakan bahwa pengusaha nikel sangat mendukung program hilirisasi nikel.

Seperti diketahui, Indonesia sudah mendapatkan keuntungan jumbo dari hilirisasi nikel sejak 2020 lalu. Terbukti, pada tahun 2022 nilai tambah dari 'harta karun' nikel itu melejit signifikan.

"Kita lihat bahwa hilirisasi nikel sudah sangat amat berhasil. Sebagai pengusaha, apalagi Warga Negara Indonesia, kita tentu saja mendukung bagaimana program hilirisasi nikel. Ini saja sudah membantu Indonesia dalam menghadapi resesi global dunia," tuturnya.

Selain itu, dengan semakin melejitnya nilai tambah dari hilirisasi nikel, Meidy menilai hilirisasi nikel di Indonesia terhitung sudah sangat berhasil. Menurutnya justru hilirisasi nikel sudah terhitung sudah terlalu over atau terlampau jauh.

"Sebenarnya program hilirisasi nikel ini sudah teramat berhasil. Malah bagi kami ini terlalu over," tandasnya.

Hal ini sejalan pula dengan tujuan Indonesia yang ingin menjadi "raja baterai" kendaraan listrik atau Electric Vehicle (EV) di dunia.

"Kita mungkin akan membangun giga battery factory di Indonesia, EV factory terbesar di Indonesia. Itu impian Indonesia tahun 2045," tuturnya.

Perlu diketahui, Indonesia berhasil meraup US$ 20,9 miliar dari ekspor produk pengolahan bijih nikel pada 2021. Nilai ini mengalami lonjakan signifikan dari capaian pada 2018-2019 yang "hanya" US$ 3,3 miliar.

Capaian ini tak lain karena dipicu adanya kebijakan larangan ekspor bijih nikel sejak awal 2020 lalu. Dengan demikian, produk nikel yang boleh diekspor harus melewati proses pengolahan dan pemurnian di dalam negeri terlebih dahulu.

Tak sampai di situ, Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenkomarves) Septian Hario Seto bahkan menyatakan, pada tahun 2023 ini, nilai tambah dari hilirisasi nikel di dalam negeri bisa naik lagi, ditargetkan mencapai US$ 38 miliar atau Rp 592,2 triliun (kurs Rp15.585 per US$) pada tahun 2023.

"(Tahun ini) sekitar US$ 35-38 miliar," beber Seto kepada CNBC Indonesia, saat ditanya mengenai target nilai tambah hilirisasi nikel tahun 2023, dikutip Rabu (11/1/2023).

Dia juga menyebutkan bahwa melonjaknya target nilai tambah hilirisasi nikel dipicu oleh bertambah pula volume ekspor produk hasil turunan nikel.

"Iya," tandas Seto, saat ditanya mengenai apakah target tersebut turut dipicu oleh bertambahnya volume ekspor nikel di tahun 2023.

Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) 2020 dalam booklet bertajuk "Peluang Investasi Nikel Indonesia", Indonesia disebut memiliki cadangan nikel sebesar 72 juta ton Ni (nikel). Jumlah ini merupakan 52% dari total cadangan nikel dunia yang mencapai 139.419.000 ton Ni.

Data tersebut merupakan hasil olahan data dari USGS Januari 2020 dan Badan Geologi 2019.

"Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar di dunia, artinya Indonesia berperan penting dalam penyediaan bahan baku nikel dunia," tulis keterangan data tersebut.

Sementara untuk bijih nikel, berdasarkan data Kementerian ESDM tahun 2020, total sumber daya bijih nikel mencapai 8,26 miliar ton dengan kadar 1%-2,5%, di mana kadar kurang dari 1,7% sebesar 4,33 miliar ton, dan kadar lebih dari 1,7% sebesar 3,93 miliar ton.

Adapun cadangan bijih nikel mencapai 3,65 miliar ton untuk kadar 1%-2,5%, dimana cadangan bijih nikel dengan kadar kurang dari 1,7% sebanyak 1,89 miliar ton dan bijih nikel dengan kadar di atas 1,7% sebesar 1,76 miliar ton.

Umur cadangan bijih nikel Indonesia disebutkan bisa mencapai 73 tahun, untuk jenis bijih nikel kadar rendah di bawah 1,5% (limonite nickel).

Asumsi umur cadangan tersebut berasal dari jumlah cadangan bijih nikel limonit mencapai 1,7 miliar ton dan kebutuhan kapasitas pengolahan (smelter) di dalam negeri sebesar 24 juta ton per tahun.


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Gegara Ini, Jokowi Pede RI Bisa Masuk Peradaban Baru!


(wia)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading