Internasional

China Tebar Duit Buat yang Mau Punya Anak, Efek Resesi Seks?

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
Kamis, 12/01/2023 13:40 WIB
Foto: REUTERS/Thomas Peter

Jakarta, CNBC Indonesia - China saat ini berada di jalur penurunan populasi pertamanya dalam lebih dari enam dekade terakhir. Hal ini dipengaruhi oleh kaum muda yang menunda pernikahan dan rencana melahirkan anak.

Meski telah melonggarkan kebijakan pembatasan satu anak, China diprediksi akan mengalami penyusutan mulai tahun lalu. Ini didukung oleh riset Liga Pemuda Komunis negara itu yang mencatat hampir 50% gadis di perkotaan ogah menikah.

Untuk menyiasati hal ini, kota-kota di seluruh negeri telah mengumumkan insentif uang tunai baru untuk mendorong pasangan agar memiliki lebih banyak anak. Di Shenzhen, misalnya, pasangan yang memiliki anak ketiga atau lebih di kota itu akan memenuhi syarat untuk tunjangan tunai sebesar 19.000 yuan (Rp 43 juta) sampai anak tersebut berusia tiga tahun.


"Pembayaran untuk memiliki anak pertama dan kedua masing-masing akan menjadi 7.500 dan 11.000 yuan, sampai anak tersebut berusia tiga tahun," kata dokumen pemerintah kota itu yang dikutip South China Morning Post, Kamis (12/1/2023).

Di Jinan, ibu kota provinsi Shandong Timur, ibu yang melahirkan anak kedua atau ketiga tahun ini akan menerima subsidi pengasuhan anak sebesar 600 yuan (Rp 1,3 juta) setiap bulan sampai ia berusia tiga tahun.

"Ibu juga berhak atas 158 hari cuti hamil untuk setiap anak dan ayah akan menerima setidaknya 15 hari. Orang tua dengan anak di bawah usia tiga tahun dapat memiliki cuti tahunan orang tua selama 10 hari atau lebih."

Di kota Yichang di provinsi Hubei Tengah, keluarga yang memenuhi syarat dengan dua anak atau lebih akan menerima subsidi pengasuhan anak tidak kurang dari 500 yuan (Rp 1,1 juta) setiap bulan per anak hingga usia tiga tahun.

Pada Juli 2021, Panzhihua di provinsi Sichuan menjadi kota pertama di China yang menawarkan subsidi untuk membantu keluarga membesarkan lebih banyak anak. Kota itu menawarkan tunjangan bulanan sebesar 500 yuan per anak kedua atau ketiga hingga anak-anak itu berusia 3 tahun.

Wakil Walikota Panzhihua, Tang Zhongzhu, mengatakan pada bulan Oktober lalu bahwa kota tersebut telah menghabiskan 950.000 yuan untuk menyubsidi 650 anak yang memenuhi syarat. Ia juga memperkirakan bahwa lebih dari 2.000 keluarga akan menikmati manfaat berdasarkan polis tersebut pada tahun 2022, dengan sekitar 10 juta yuan telah dicairkan.

Ia mengatakan jumlah kelahiran di Panzhihua meningkat 1,62% dibandingkan dengan tahun sebelumnya, dengan jumlah anak kedua yang lahir meningkat 5,58% dan jumlah anak ketiga melonjak 168,4%.

"Peningkatan tajam dalam kelahiran anak ketiga adalah hasil dari efek gabungan dari penerapan kebijakan tiga anak sejak Mei 2021 dan kebijakan subsidi pengasuhan anak kota," kata Tang.

"Analisis komparatif dari data populasi kelahiran dua tahun menunjukkan bahwa antusiasme masyarakat untuk melahirkan anak di kota kami didorong oleh kebijakan subsidi pengasuhan anak, dan implementasi kebijakan tersebut telah mencapai hasil awal."

Sejauh ini, beberapa rilis telah menjabarkan penyebab keengganan pasangan China untuk menikah. Pada 2021 lalu, laporan yang dirilis oleh Liga Pemuda Komunis China menyebutkan 44% responden wanita yang tinggal di kota tidak berniat untuk menikah, dengan 25% responden pria mengatakan hal yang sama.

Salah satu alasan mengapa generasi muda menghindari pernikahan adalah biaya keuangan pernikahan dan beban ekonomi memiliki anak. Sepertiga responden juga mengatakan mereka tidak percaya pada pernikahan, dan persentase yang sama mengatakan mereka tidak pernah jatuh cinta.

Dari seluruh alasan itu, ada juga satu alasan yang cukup unik yakni kultur bekerja 9-9-6. Budaya ini adalah budaya dimana di mana warga bekerja 9 pagi sampai 9 malam, enam hari seminggu. Budaya ini paling kentara di perusahaan digital seperti Alibaba, Pinduoduo, dan JD.com. Hal ini membuat pekerja merasa terhalang dalam membina keluarga

9-9-6 sendiri nyatanya tak hanya memberikan beban psikologis. Beberapa perusahaan juga dilaporkan menolak untuk membayar biaya ekstra lembur kepada para pelaku 9-9-6. Perusahaan menyebut kultur ini merupakan program perjuangan dan karyawan diminta melepas hak dan tunjangannya untuk perkembangan perusahaan.


(luc/luc)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Gelombang Panas di Beijing, Pemerintah Keluarkan Peringatan