'Tsunami' PHK Nyata, Ramai Pabrik Garmen di DKI-Jabar Diobral
Jakarta, CNBC Indonesia - Gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) di industri padat karya RI, termasuk pabrik garmen, ternyata masih menghantui hingga tahun ini. Setidaknya begitu jika melihat fenomena pabrik-pabrik yang kini diobral di platform penjualan online.
Sebelumnya diberitakan, pabrik garmen maupun tekstil terutama di Jawa Barat merupakan yang paling banyak melakukan pemangkasan karyawan. Bahkan, ada yang sudah tutup.
Kini, terpantau pabrik-pabrik ex-garmen dijual. Lokasinya tersebar, mulai dari Tangerang, Jakarta, hingga Bekasi (Jawa Barat/ Jabar).
Salah satunya, pabrik ex-garmen di Tambun, Bekasi. Pabrik ini ditawarkan senilai Rp45 miliar, dengan luas 17.000 m2.
Iklan penawaran pabrik di salah satu situs penjualan online ini tercatat diunggah 5 hari lalu.
Hanya saja, tak tertera detail kontak si penjual dalam iklan tersebut.
"Dijual pabrik ex-garmen siap pakai dengan luas 17.000 m2 di Tambun Selatan, Bekasi. Luas bangunan 8.000 m2, sertifikat HGB (hak guna bangunan)," begitu deskripsi singkat yang tertera pada iklan penjualan tersebut, dikutip Rabu (11/1/2023).
Selain itu, ada pabrik ex-garmen di Bitung, Tangerang yang ditawarkan dengan harga Rp125 miliar total.
Menurut agen yang mengunggah iklan di situs penjualan properti online, pabrik tersebut sudah tak beroperasi selama setahun.
"Dijual cepat bekas pabrik garmen (setahun tdk beroperasi)
Pabrik di jl. Utama Prabu Siliwangi Jatiuwung. Dari keluar tol Bitung arah Jatiuwung sekitar 3,5 km, kalau keluar tol Kedaton 9 km. Luas tanah 3 ha, bangunan. 1,3 ha. Dijual 125 m nego," begitu deskripsi si agen.
Status sertifikat adalah HGB (Hak GUna Bangunan).
Masih Aktif
Dari banyaknya iklan penawaran pabrik dijual, ada satu yang berbeda, yaitu pabrik berlokasi di Karawang Timur, Karawang, Jawa Barat.
Pabrik ini dilego Rp70 miliar, dengan embel-embel pemilik baru akan memiliki jaminan pasar ekspor ke AS dan Jepang. Ditambah jaminan order US$200-600 juta per bulan.
"Dijual pabrik garmen masih aktif produksi. Lokasi Karawang Timur, kabupaten Karawang. Perusahaan PMA (milik asing), perusahaan sehat secara finansial, tidak ada outstanding di bank," demikian deskripsi tertera dalam unggahan di salah satu situs penjualan properti online, dikutip Rabu (11/1/2023).
"Badan hukum berbentuk PT (Perseroan Terbatas),
berdiri sejak 2009-sekarang. Sudah ada izin limbah B3 dan IPAL, jumlah karyawan sekitar 500 orang," lebih lanjut deskripsi si penjual.
PHK Massal
Seperti diketahui, pada kuartal akhir tahun 2022 lalu, pengusaha tekstil dan produk tekstil (TPT) nasional mengakui telah terjadi PHK ribuan buruh, belum lagi merumahkan ribuan buruh lainnya.
Menyusul, anjloknya permintaan di pasar tujuan ekspor, seperti AS dan Eropa. Akibat perlambatan ekonomi, sebagai efek domino pandemi Covid-19 dan perang Rusia-Ukraina.
Industri TPT nasional yang padat karya, dan merupakan pemasok merek-merek global, pun terkena dampaknya. Ekspor dilaporkan terus anjlok sejak September 2022, ada yang ditunda, ada juga yang dibatalkan.
Pengusaha TPT mengatakan, gelombang PHK masih akan berlangsung hingga tahun 2023 ini. Terutama jika pemerintah tak segera melakukan penanganan.
Sekjen Asosiasi Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI) Redma Gita Wirawasta mengungkapkan, pemangkasan pekerja di pabrik tekstil dan produk tekstil (TPT) bisa mencapai 500 ribu orang di kuartal pertama tahun 2023.
Hal itu, kata dia, dipicu perlambatan ekspor yang menekan utilisasi pabrik, hingga efek domino gempuran produk impor di dalam negeri
"PHK masih terus berlanjut, tapi pemerintah nggak percaya. Awalnya ada yang jam kerja dipangkas, tadinya 6 hari dikurangi jadi 4 hari, mereka di-rolling. Lalu, ada yang dirumahkan, upahnya dibayar 20%. Kemudian terminate (putus/ tidak diperpanjang) kontrak, lalu PHK," kata Redma kepada CNBC Indonesia dikutip Kamis (15/12/2022).
"Kalau pemerintah nggak segera antisipasi, sampai kuartal pertama tahun depan, PHK bisa sampai 500 ribu orang," ujarnya.
(dce/dce)