Eksklusif Airlangga Hartarto

Airlangga: BI Jangan Hanya Catat Devisa!

Anisa Sopiah, CNBC Indonesia
11 January 2023 14:35
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto
Foto: dok Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia membukukan surplus selama 31 bulan beruntun pada akhir 2022 dengan nilai ekspor mencapai US$ 609,1 miliar atau lebih dari Rp 9.500 triliun.

Namun sayangnya, hal ini tidak lantas membuat cadangan devisa Indonesia menguat. Pasalnya, masih banyaknya eksportir yang hobi menyimpan dolar mereka di luar negeri ketimbang menyimpannya di bank lokal. Mereka mengatakan salah satu alasannya adalah karena adanya kelangkaan instrumen dolar AS di pasar keuangan Indonesia.

Oleh karena itu, Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan pemerintah dan Bank Indonesia (BI) saat ini tengah mempersiapkan penguatan ekosistem dolar di Indonesia untuk bisa menyaingi negara-negara lain, salah satunya Singapura yang menjadi tempat favorit para eksportir memarkirkan dolar mereka.

"Jadi, pemerintah berbicara dengan BI agar mempersiapkan ekosistem dolar yang lebih kuat, jangan sampai ekosistem kita tidak sebanding dengan Singapura misalnya," ungkapnya kepada CNBC Indonesia, Selasa (11/1/2023).

Selain itu, Airlangga juga mengatakan pemerintah juga tengah mendorong BI untuk tidak hanya mencatat Devisa Hasil Ekspor (DHE) namun juga meminta para eksportir agar menyimpannya di dalam negeri.

"Dan kedua, ditegaskan bahwa BI itu tugasnya bukan mencatat, tetapi kita minta. Beberapa negara lain meminta devisa itu tidak parkir di luar negeri, tapi dia parkir di negara sendiri," ujarnya.

Seperti diketahui, pemerintah memang telah mewajibkan pelaporan dari eksportir melalui Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 1 Tahun 2019. Dalam aturan ini, eksportir di sektor sumber daya alam diwajibkan melaporkan dan memasukkan DHE mereka ke rekening khusus di bank persepsi dan melaporkannya ke Bank Indonesia (BI).

Jika dalam kurun waktu tiga bulan setelah ekspor DHE belum masuk maka BI akan menghubungi eksportir untuk melakukan pelunasan. Jika sampai bulan ketujuh belum ada pelaporan maka BI akan meminta Direktorat Jenderal Bea Cukai untuk menerbitkan surat tagihan.

Namun, dengan kewajiban pelaporan ini, eksportir tidak lantas menaruh DHE di dalam bank dalam negeri dalam periode tertentu atau mengkonversinya dari dolar AS ke rupiah. Karena sesuai peraturan, DHE juga tidak diwajibkan untuk mengendap dalam periode tertentu.

Padahal menurut Airlangga, pundi-pundi eksportir tersebut seharusnya mampu memperkuat rupiah di tengah tekanan terhadap nilai tukar.

"Nah karena kalau devisanya parkir di negara sendiri kayak Thailand itu mewajibkan 3 bulan, nah itu kan bisa memperkuat cadangan devisa kita, dan akan memperkuat kurs rupiah," jelasnya.

Selain kelangkaan instrumen dolar AS di Indonesia, lebih besarnya bunga deposito dolar AS di negara lain juga menjadi alasan lainnya mengapa para eksportir lebih tertarik menaruh pendapatan ekspor atau dana valas mereka di luar negeri.

Oleh karena itu, Airlangga mengatakan BI juga akan meningkatkan suku bunga tertentu agar imbal hasil deposito valas yang diberikan dapat lebih kompetitif dengan bank di luar negeri sehingga bisa menarik dolar Amerika Serikat (AS) untuk kembali ke Indonesia.

"Nah inilah yang diperlukan di tahun 2023 dengan ekspor yang baik ya kita minta dolarnya itu pulang, dan dolarnya pulang di sini tentu dengan tingkat suku bunga tertentu dari sistem perbankan yang ditopang oleh BI," lanjutnya.

Seperti diketahui, bulan Desember 2022 lalu, BI telah menerbitkan instrumen operasi moneter (OM) valas untuk memikat para eksportir agar menempatkan DHE khususnya dari sumber daya alam, di dalam negeri. Untuk memuluskan hal ini, BI juga meminta pemerintah untuk mendorong dari sisi regulasi dengan merevisi PP No 1 Thn 2019 tentang DHE. Terkait hal tersebut, Airlangga memastikan hal ini tengah disiapkan oleh pemerintah.

"Dan memang ada permintaan BI PP 1 nya terkait dengan devisa ini direvisi. Nah kami sedang mempersiapkan untuk itu," pungkasnya.


(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dolar Eksportir Bakal Balik ke RI di Awal 2023

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular