Inflasi di Negara Maju Bakal Melandai di 2024, Tapi...
Jakarta, CNBC Indonesia - Tren inflasi tinggi di negara maju baru akan reda pada 2024. ING Bank memperkirakan inflasi di negara maju akan kembali ke kisaran 2% pada 2024.
Namun, ini bukan alasan untuk lega dan redanya inflasi ini bisa menjadi pengalaman yang sangat singkat. Pasalnya, dalam jangka panjang, pergeseran struktural dalam ekonomi global kemungkinan besar akan mendorong kenaikan biaya dan inflasi.
"Deglobalisasi - restrukturisasi rantai pasokan tetapi juga hambatan perdagangan baru - menghadirkan biaya baru bagi korporasi," kata Global Head of Macro and Chief Economist ING Carsten Brzeski dan timnya dalam proyeksi ekonomi yang dikutip CNBC Indonesia, Selasa (10/1/2023)..
Brzeski dan tim juga melihat bahwa perubahan iklim dan transisi ke net zero juga pada awalnya akan meningkatkan biaya energi dan komoditas. Masalah ini juga akan menyebabkan inflasi yang lebih tidak stabil di tahun-tahun mendatang.
Terkait dengan penyimpanan energi menjadi lebih luas, peralihan ke listrik nol karbon dan volatilitas yang terkait dalam output menyiratkan periode harga listrik Eropa yang lebih tidak stabil.
Cuaca ekstrem juga menunjukkan lebih banyak volatilitas yang terkait dengan titik jepit rantai pasokan. Menurut ING Bank, hal ini telah dirasakan saat kekeringan di Eropa tahun lalu, ketika sungai Rhine yang terkena dampak di musim panas.
Sementara itu, Brzeski mengungkapkan perubahan demografis, yang telah meninggalkan jejaknya di pasar tenaga kerja, hanya akan terus tumbuh dan menambah tekanan pada upah kecuali jika pekerjaan diotomatisasi.
"Dengan latar belakang inflasi yang menurun secara bertahap tetapi secara struktural lebih tinggi ini, pertanyaan utamanya adalah apa yang akan dilakukan bank sentral jika inflasi inti tidak kembali sepenuhnya ke target selama 12 hingga 18 bulan ke depan," ujarnya.
Dia melihat salah satu opsi yang paling mungkin adalah mempertahankan suku bunga kebijakan tinggi atau lebih tinggi untuk waktu yang lebih lama.
Pilihan lainnya adalah menjadi lebih fleksibel setelah inflasi turun jauh lebih rendah. Namun, langkah itu menunjukkan pengembalian ke tingkat suku bunga yang secara konsisten di bawah netral menjadi lebih kecil kemungkinannya dalam jangka menengah.
Sebelumnya, IMF memperkirakan bahwa inflasi pada 2023 akan tetap tinggi, meskipun berangsur turun. Tahun depan, IMF meramal inflasi akan mencapai 6,5%. Sementara itu, negara berkembang masih akan menghadapi inflasi tinggi di 2023. Perkiraan lembaga internasional ini, mencapai 8,1% laju inflasi untuk negara berkembang.
(haa/haa)